BENGKULU - Sebagai sebuah komoditas yang sangat potensial dan kaya manfaat, keberadaan industri sawit sejauh ini masih kerap dipandang secara keliru. Padahal fakta membuktikan bahwa sumbangsih industri sawit terhadap kehidupan masyarakat dan negara sejauh ini sudah tak terbantahkan lagi.
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mencatat bahwa hingga saat ini sedikitnya 4,2 juta tenaga kerja langsung dan 12 juta tenaga kerja tidak langsung telah menggantungkan hidupnya pada operasional bisnis sawit di Indonesia. Di dalamnya, ada sekitar 2,4 juta petani swadaya yang terlibat, dan secara total 4,6 juta pekerja lain yang masuk dalam ekosistem industri sawit nasional.“Dan jangan lupa, kalau selama ini industri sawit dituding tidak ramah lingkungan, perlu diingat bahwa dari sawit kita justru bisa memproduksi biofuel yang secara emisi justru sangat ramah lingkungan, dan bisa menggantikan ketergantungan masyarakat selama ini terhadap energi minyak bumi,” ujar Direktur Penyaluran Dana BPDPKS, Edi Wibowo, dalam diskusi virtual bertajuk Digitalk Sawit, Senin (27/7).Informasi terkait besarnya manfaat serta fakta industri sawit sebagai alternatif green energy baru yang jauh lebih ramah lingkungan, menurut Edi, perlu untuk terus disampaikan dan digaungkan di tengah-tengah masyarakat yang terkadang masih kerap dibingungkan dengan adanya kampanye negatif (black campaigne) terkait kinerja industri sawit nasional. Pelurusan informasi tersebut, terutama penting dilakukan di kalangan generasi muda, khususnya di kalangan milenial yang saat ini telah menguasai sedikitnya 33,75 persen dari total populasi masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Hal ini lantaran di tangan generasi muda inilah, masa depan Indonesia bakal dipertaruhkan, termasuk diantaranya dalam hal pengembangan industri sawit. Keterlibatan generasi muda dalam menyampaikan informasi positif tentang industri sawit diharapkan dapat semakin menyemangati dan menjadi ‘darah baru’ yang membuat industri sawit nasional semakin kuat dan kokoh menghadapi berbagai tantangan dan peluang yang ada. “Atas dasar pemikiran tersebut itu pula, kami dari BPDPKS secara regular mengadakan kegiatan-kegiatan semacam ini, yaitu untuk merangkul generasi muda agar semakin dekat, akrab dan mengerti dengan baik terkait besarnya potensi yang dimiliki Indonesia dalam hal komoditas strategis ini,” tutur Edi. Untuk penyelenggaraan Digitalk Sawit kali ini, dijelaskan Edi, merupakan gelaran keempat yang difokuskan untuk masyarakat muda di wilayah Sumatera Selatan (Sumsel), Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung dan Lampung. Dalam gelaran kali ini, turut hadir pula Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Tofan Mahdi. Sebelumnya, acara serupa juga digelar dengan berfokus pada segmen peserta dari Aceh, Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau. Dengan digelar dari kota ke kota secara bergiliran, diharapkan juga bakal semakin banyak lagi kalangan milenial yang bisa dirangkul dalam kampanye positif soal industri sawit. “Terakhir, dengan adanya rangkaian acara Digitalk ini, diharapkan dapat mengajak generasi milenial untuk mengcounter balik serangan berupa kampanye negatif yang selama ini masih kerap menimpa industri sawit nasional,” tegas Edi. (rls)