LISBON – Bisa menjejakkan kaki di perempat final Liga Champions saja sudah bagus. Apalagi melangkah ke semifinal dan seterusnya dan seterusnya. Begitulah yang sama-sama menjadi keinginan Atalanta BC dan Paris Saint-Germain (PSG) dalam duel di Estadio da Luz dini hari nanti (siaran langsung SCTV/Champions TV 1 pukul 02.00 WIB).
Maklum, selama dua dekade terakhir, tidak sekali pun sejarah semifinal Liga Champions menyertakan kedua klub. La Dea –julukan Atalanta BC– malah selangkah lagi mengikuti catatan bersejarah Villarreal CF sebagai klub debutan di Liga Champions yang mampu melangkah hingga empat besar. Bahkan, ada spirit yang diusung Atalanta seiring dengan lolosnya Inter Milan ke semifinal Liga Europa kemarin (11/8). Ya, menempatkan Atalanta-Inter di semifinal kejuaraan antarklub Eropa berarti mengulang kesuksesan klub-klub Region Lombardia pada 2002–2003. Saat itu Inter dan AC Milan saling berhadapan di semifinal Liga Champions. Yang lebih membanggakan, Atalanta saat ini merupakan satu-satunya wakil Italia yang tersisa di Liga Champions 2019–2020. ’’Sekarang seluruh Italia mendukung Atalanta,’’ tulis surat kabar lokal Bergamo, L’Eco di Bergamo. Allenatore timnas Italia Roberto Mancini turut bangga atas capaian Atalanta dan meyakini klub asuhan Gian Piero Gasperini itu bisa sedahsyat Valencia CF asuhan Hector Cuper pada musim 1999–2000. Yakni, ketika Valencia CF bisa langsung menembus final pada musim pertamanya di Liga Champions. Sebagai catatan, Los Murcelagos –julukan Valencia CF– menjadi korban Atalanta di babak 16 besar (kalah agregat 4-8). ’’Mereka (Atalanta) juga bisa menyingkirkan PSG dan akan terus melangkah di Liga Champions (musim ini),’’ ucap Mancio, sapaan karib Mancini, kepada La Gazzetta dello Sport. Gelandang Atalanta Marten De Roon kepada Sky Italia menyatakan bahwa tidak ada yang tidak mungkin dilakukan timnya saat ini. ’’Kami telah membuktikan, kalau menemukan hari baik, kami bisa mengalahkan klub mana pun,’’ klaim De Roon. Namun, PSG musim ini tak kalah konfiden karena lolos ke perempat final berarti mengakhiri kesialan di babak 16 besar dalam tiga edisi sebelumnya. Pada periode musim 2012–2013 sampai 2015–2016, klub penguasa Ligue 1 tersebut juga mentok di perempat final. Karena itu, saat ini sekaligus momentum Les Parisiens –sebutan PSG– mengakhiri penantian empat besar Liga Champions yang dicapai kali terakhir pada 1994–1995. Uniknya, yang menggagalkan PSG ke final kala itu adalah klub dari Region Lombardia lainnya, AC Milan. PSG tumbang dengan agregat 0-3. Entraineur PSG Thomas Tuchel kepada L’Equipe menyebutkan, duel di Da Luz dini hari nanti merupakan adu produktivitas dua tim produktif di Eropa saat ini. Musim ini Atalanta sudah melesakkan 115 gol dalam 47 laga. Artinya, Papu Gomez dkk menghasilkan rata-rata 2,4 gol per laga. Tapi, PSG lebih ganas dengan 131 gol dalam 46 laga (2,8 gol per laga!). ’’Fans layak berharap banyak (tentang terjadinya banyak gol) dalam laga nanti,’’ sebut Tuchel. Ditambah format single leg, winger PSG Pablo Sarabia juga meyakini laga bisa berakhir dengan banyak gol. Terlebih, top scorer PSG musim ini, Kylian Mbappe, punya kans dimainkan kembali meski harus memulai laga dari bench. Mbappe telah mengemas 30 gol di berbagai ajang musim ini. Jauh meninggalkan rekannya di lini serang Les Parisiens seperti Mauro Icardi (20 gol) dan Neymar Jr (19 gol). Sarabia mungkin diproyeksikan mengisi tempat Mbappe atau berdampingan dengan Icardi dan Neymar. (ren/c19/dns)Atalanta BC vs Paris Saint-Germain, Lombardia Punya Cerita
Rabu 12-08-2020,11:55 WIB
Editor : redaksi rb
Kategori :