BENGKULU - Hasil uji laboratorium Tim Epidemologi Terpadu terhadap sampel makanan, muntahan, termasuk bahan makanan, penyimpanan makanan, cara pengolahan dan sanitasi di Pondok Pesantren (ponpes) Hidayatullah Qomariyah, terindikasi tercemar bakteri. Pemeriksaan sampel makanan ini dilakukan menyikapi terjadinya dugaan keracunan massal terhadap santri ponpes tersebut 14 Agustus lalu. Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu, H. Herwan Antoni, SKM, M.Kes setelah mendapatkan hasil uji laboratorium tersebut, Selasa (25/8).
"Dari uji BPOM sampel makanan, itu ada beberapa parameter. Pertama salmonella itu hasil negatif. Kemudian bacillus silius, staphylococcus aureus, E. Coli itu hasilnya positif," kata Herwan.Dijelaskannya, untuk sampel yang ada indikasi dari adanya staphylococcus aureus maka diindikasikan adanya pencemaran dari makanan. Sementara untuk bacillus silius menandakan penyimpanan makanan yang tidak memenuhi standar. Sementara bila ada E. Coli itu ada pencemaran air dari pembuangan kotoran atau septic tank. "Kita lihat parameter sampel air, yang diambil dari sumur bor itu E. Coli hasilnya positif. Sehingga ini menjadi indikasi pencemaran di air. Kemudian dari sampel air olahan itu E. Coli hasilnya negatif," tambahnya. Jadi kesimpulannya, lanjut Herwan, telah terjadi peristiwa keracunan makanan yang disebabkan oleh pencemaran terindikasi adanya bakteri. Maka pihaknya menganjurkan untuk adanya perbaikan terutama untuk sanitasi. Kemudian perbaikan untuk penyimpanan makanan, juga kebersihan dari sanitasi kebersihan, lantai, dan tempat penyimpanan bahan makanan. "Juga yang melakukan pengelolaan makanan itu juga harus higienis. Juga orang yang akan memakan makanan tersebut," ujarnya. Ia menjelaskan adanya indikasi pencemaran makanan. Salah satunya adalah disebabkan oleh penyimpanan makanan yang tidak memenuhi standar. Juga adanya saluran sanitasi atau dari pembuangan kotoran yang juga tidak sesuai. Termasuk juga ditemui adanya bakteri dari sumur bor, yang diperkirakan mengalami pencemaran. Selanjutnya memperhatikan tata cara menjamah dan mengolah makanan, termasuk juga kebersihan saat orang yang bersangkutan akan mulai memakan makanan yang disediakan. "Nanti kita juga akan berkoordinasi dengan Puskesmas setempat agar dapat memberikan pelatihan terkait penjamahan makanan. Termasuk juga terkait cara dan sanitasi pengolahan makanan yang dianjurkan," ucap Herwan. Untuk diketahui, dari data yang dihimpun oleh Dinkes sendiri, ada 283 santri yang menyantap makanan di Ponpes tersebut pada kasus pertama 14 Agustus Lalu. Dimana dari jumlah tersebut, 163 diantaranya merasakan sakit dan sisanya tidak ada keluhan. Sementara itu, untuk kasus kedua yang berlangsung pada Minggu (23/8) malam, ada 65 santri yang diduga keracunan. Dimana 3 diantaranya laki-laki dan 62 perempuan. "Untuk kasus kedua ini sudah diambil sampel untuk uji lab, mudah-mudahan dalam minggu ini hasilnya sudah keluar," tutupnya. (war)