Tiada Kata Penolakan, Semua Dilabel

Rabu 11-11-2020,10:34 WIB
Reporter : redaksi rb
Editor : redaksi rb

MUKOMUKO – Pemasangan label “miskin” di rumah warga penerima bantuan sosial (bansos) pemerintah kini disebar ke seluruh desa dan kelurahan. Tidak satu rumah pun penerima bansos terlewati. Tak boleh menolak dipasang label selagi menerima bansos. Kebijakan itu menunjukkan ke seluruh penerima Bansos, bahwa kegiatan labelisasi rumah bukan sebatas wacana. Dikatakan Kabid Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Mukomuko, Sanusi, awalnya labelisasi tahun ini difokuskan di Kecamatan Kota Mukomuko dan Ipuh. Dirasakan berjalan lancar dan efektif, dilanjutkan ke 148 desa dan 3 kelurahan se-Kabupaten Mukomuko. Minimal setiap desa terpasang label di tiga unit rumah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) bansos pemerintah. “Kita berikan tiga unit untuk setiap desa dan kelurahan. Itu sebagai bukti kita benar-benar melaksanakan labelisasi. Karena selama ini banyak yang tidak tahu mana saja yang menerima bansos pemerintah. Terus ada juga yang bilang kami main-main. Saat sosialisasi disebut-sebut kami menyampaikan itu hanya untuk menakut-nakuti. Padahal ini memang benar-benar kita laksanakan,” jelas Sanusi. Alhasil, sejak kegiatan labelisasi diluncurkan, informasi sementara diterima pihaknya sudah ada beberapa KPM yang menyatakan mundur sebagai penerima bansos. Karena merasa sudah tidak layak lagi. “Untuk jumlahnya masih belum tuntas kegiatannya. Jadi belum ada laporan rinci dari setiap pendamping PKH,” kata Sanusi. Ia memastikan, warga penerima Bansos bisa mundur, jika tim belum sampai ke kediaman bersangkutan. Namun jika tim sudah didepan rumah, bersiap untuk labelisasi, maka tidak ada kesempatan lagi bagi yang bersangkutan untuk menolak. Dinsos Mukomuko masih menerima jika ada warga mengajukan permintaan sebelum tim turun. Sanusi mencontohkan, kejadian di salah satu desa di Kecamatan V Koto. Ketika tim baru tiba di desa A melaksanakan labelisasi, penerima bansos yang berdomisili di desa B mendatangi tim. Mengusulkan kediamannya tidak dipasang label tersebut. “Jadi pendamping langsung turun cek ke lapangan. Warga ini sudah datang menemui tim, sebelum tim sampai di desa mereka. Dia minta tidak dilabel, karena sudah mampu. Sehingga ia mengundurkan diri. Yang seperti ini, kita setujui. Kalau sudah depan rumah, tidak mungkin lagi. Sebab ini sudah ada komitmen sebelumnya, saat pertemuan dan sosialiasi,” demikian Sanusi.(hue)

Tags :
Kategori :

Terkait