BENGKULU - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Bengkulu kembali menggelar debat terbuka putaran kedua antar pasangan calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Bengkulu Tahun 2020. Debat yang dilaksanakan di Ballroom Hotel Mercure, Senin (23/11) malam berlangsung panas dan saling "serang". Dalam debat kedua ini mengangkat tema Meningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat, Menyelesaikan Persoalan Daerah dan tema spesifik Lingkungan. Pada debat yang dipandu oleh moderator, Titi Anggraini yang merupakan dewan pembina perkumpulan untuk Pemilu dan demokrasi, saat berlangsung jelang sesi 5 akhir tanya jawab suasana panas berlangsung ketika Rohidin yang memulai membicarakan soal penanganan korupsi kepada Agusrin, justru menepuk air didulang. Lantaran adanya sindiran keras Agusrin dalam debat kepada Rohidin soal duit mutasi saat pemilihan walikota 2018 lalu. "Saya sedikit mengingatkan pak Gubernur (Rohidin, red), kita itu harus bicara dari kita sendiri dulu, jangan dulu orang lain. Sebetulnya tidak baik diungkap, pada saat pemilihan walikota dulu, saya pertemukan pak Gubernur (Rohidin) dengan Dedy Wahyudi (saat maju pencalonan wawali, red), ketika pak Gub mau melakukan mutasi, camat dan kepala kelurahan di Bengkulu, saya ketemu pak Gub dan Dedy Wahyudi di rumah saya waktu itu, pak Gub menerima uang kok pada waktu itu. Bagaimana sih, bicara kayak begini nggak baguslah buka aib-aib yang tidak perlu itu," celetuk Agusrin dalam debat. Menanggapi hal itu, Rohidin terkesan berbelit -belit. Ia mengungkapkan dirinya memang bertemu saat itu dengan Dedy Wahyudi dan ada Agusrin. "Yang benar adalah Dedy Wahyudi dikasih uang melalui saya, melalui caretaker ke Dedy Wahyudi itu pertama. Dan Agusrin tahu itu, untuk mendukung Dedy Wahyudi pencalonan (Pilwakot), saya ada di situ, uangnya Rp 25 juta dikasih Agusrin. Dan saya ada di tempat itu. Saya tidak pernah menerima sepersen pun dari beliau," ungkapnya. Mantan Sekretaris Daerah Kota Bengkulu, Marjon mengatakan, saat perintah mutasi hingga dibatalkan, dirinya sebagai Koordinator Baperjakat tidak pernah dilibatkan. Tetapi dia mengetahui bahwa memang ada surat pembatalan tersebut. Saat itu, Pemerintah Kota Bengkulu dipimpin Pelaksana Tugas Walikota dijabat Budiman Ismaun yang juga menjabat Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bengkulu. "Tidak ada perintah maupun koordinasi, tapi saya mengetahui surat pembatalan itu ada," tegas Marjon. Mantan Wakil Walikota Bengkulu saat Helmi Hasan menjabat Walikota periode pertama Patriana Sosialinda, saat dikondirmasi terkait pernyataan uang Rp 25 juta yang mencuat dalam debat Pilkada pada Senin (23/11) malam itu memilih untuk bungkam. "Saya tidak mau berkomentar, silakan saja dibuktikan," kata Linda. Sebelumnya Agusrin juga menyampaikan soal kepemimpinan, jangan ragu dalam mengambil keputusan jika itu kepentingan rakyat. "Jangan karena kita terlalu takut mengambil keputusan dan keputusan tidak bisa kita ambil, sehingga APBD tidak bisa kita belanjakan dan dikembalikan ke pusat," kata Agusrin. Selain itu, sambung Agusrin, ketika APBD itu tidak bisa dibelanjakan berapa banyak yang terbengkalai. "Pembangunan terbengkalai, ibu-ibu tidak bisa ke pasar, jalan tidak bisa dibangun, handtractor tidak bisa dibeli, pupuk tidak bisa dibeli, sekolah yang tidak bisa diperbaiki, karena kita tidak sanggup mengambil keputusan," ucap Agusrin. Seperti diketahui ada tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Bengkulu 2020, yakni H. Helmi Hasan-Muslihan Diding Sutrisno, Dr. H. Rohidin Mersyah-Dr. E.H Rosjonsyah dan H. Agusrin Maryono-Dr. Ir. H.M Imron Rosyadi, MM, M.Si. (rls)
Debat Paslon Gubernur, Calon Incumbent “Diserang” Rp 25 juta
Selasa 24-11-2020,13:32 WIB
Editor : redaksi rb
Kategori :