SEPEREMPAT limbah makanan berasal dari Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Seandainya masih bisa dikonsumsi, ia dapat memberi makan 1 miliar penduduk dunia yang kelaparan. Berdasar data PBB, sepertiga makanan di dunia dibuang dan menjadi limbah. Sekitar 45 persen adalah sayur dan buah, disusul makanan laut, biji-bijian, produk susu, serta daging. Di AS, masalah ada kepada konsumen. Rumah tangga di AS membuang sekitar 43 persen makanan yang tidak terpakai. Berdasar data yang dihimpun Save the Food, jika diuangkan, kerugiannya mencapai USD 1.500 (Rp 21,5 juta) per tahun untuk satu keluarga dengan empat anggota. Lebih dari 40 juta ton makanan berakhir di TPS setiap tahun yang nilainya setara USD 161 miliar (Rp 2,3 kuadriliun).
Direktur Eksekutif Food Recovery Network Regina Anderson menyatakan, AS tidak memiliki masalah kekurangan pangan. Ada banyak makanan dan sebagian justru dibuang. Meski begitu, masih ada cukup makanan untuk memberi makan semua orang. ’’Ini hanya masalah distribusi,’’ tegasnya. Sementara, di negara-negara UE, sekitar 50 persen limbah makanan juga berasal dari rumah tangga. Mereka menyumbang 47 juta ton sampah setiap tahun. Makanan yang dibuang masih layak dikonsumsi. Agar makanan itu tidak terbuang percuma, banyak lembaga di setiap negara yang rela mengumpulkannya. Bukan untuk dimakan sendiri, tetapi dibagikan kepada orang yang membutuhkan. Entah itu dalam wujud aslinya atau diolah lagi menjadi makanan siap saji. Salah satu contohnya adalah program MYSaveFood Ramadan yang diprakarsai Pertubuhan Pemuda GEMA Malaysia. Tahun ini mereka menyelamatkan 5.264,5 kilogram makanan dan minuman dari sembilan bazar Ramadan di beberapa negara bagian. ’’Program ini akan mengurangi limbah pangan di TPS dan produksi gas metana saat pembusukan,’’ jelas Wakil Presiden Pertubuhan Pemuda GEMA Malaysia Muhammad Zulhimi Bachok sebagaimana yang dikutip The Star. (sha/c14/bay)Sepertiga Makanan Dunia Berakhir Jadi Limbah
Minggu 06-06-2021,10:20 WIB
Editor : redaksi rb
Kategori :