Don’t Touch Me. Single kolaborasi Marion Jola, Danilla Riyadi, dan Ramengvrl itu mengirim pesan penting. Semua, terlebih perempuan, harus menjadi pribadi yang lebih kuat, termasuk dalam memerangi pelecehan seksual. SEJUMLAH lirik pada lagu yang diaransemen Danilla dan Lafa Pratomo itu seperti mencerminkan realitas kasus pelecehan seksual yang marak terjadi. Misalnya, Why should I be the one who takes the blame yang menggambarkan betapa korban sering menjadi pihak yang disalahkan (victim blaming). Atau, Stop telling me, I do things for myself. Pernyataan untuk tidak mendikte korban, misalnya soal cara berpakaian. Dalam jumpa pers virtual Kamis (10/6), Marion mengungkapkan, ide lirik dan tema berawal dari pembicaraannya dengan Danilla dan Ramengvrl. Lantaran ketiganya punya gaya musik dan vokal berbeda, harus ada satu kesamaan yang membuat mereka klik dalam berkarya. ’’Akhirnya, pas itu sepakat bikin lagu tentang perempuan dan hal-hal nggak enak yang sering kami alami,” tutur Marion. Sebenarnya proyek Don’t Touch Me mulai dikerjakan Maret lalu. Kebetulan, saat lagu dirilis pada Jumat (11/6), isu pelecehan seksual dan kampanye perlawanannya sedang marak dibahas, bahkan menjadi trending di media sosial. Marion, Danilla, dan Ramengvrl menyatakan bahwa semua itu merupakan kebetulan. ’’Apalagi kalau mau rilis lagu kan nggak bisa asal rilis. Semua ada jadwalnya,” kata Marion. Ketiganya menyadari dan mengakui bahwa sebagai perempuan, mereka pernah menjadi sasaran kekerasan dan pelecehan. Marion, misalnya. Pelantun Pergi Menjauh itu mengaku sering diobjektifikasi dan dilecehkan. ’’Dan, oknum-oknum pelakunya sering menemukan aku di mana pun aku berada. Mulai dari sejak aku di Kupang sampai di Jakarta,” cerita perempuan asal Kupang itu. Pun, Danilla. Penyanyi yang sering membawakan lagu bergenre indie folk tersebut mengaku pernah mengalami kejadian tak mengenakkan saat kecil. Saat SD, dia mendapat perlakuan tak senonoh dari orang yang tinggal serumah dengannya. Sementara itu, Ramengvrl bercerita soal kejadian yang menimpanya saat mulai berkarier di industri musik. Pemilik nama asli Putri Soeharto tersebut mengaku pernah mendapat pelecehan dari salah satu pelaku industri musik yang sempat dikaguminya. ’’Ciuman tanpa consent. Dulu gue respek sama dia, sekarang nggak lagi,” katanya. Selain berbagai pengalaman tak mengenakkan, Marion, Danilla, dan Ramengvrl menyinggung berbagai persoalan yang masih terkait dengan pelecehan seksual. Misalnya, soal pakaian yang kerap disebut sebagai alasan pelaku berbuat asusila. Hal itu tentu sangat merugikan korban. ’’Padahal, yang salah itu ya pelakunya dong, bukan korban,” tegas Ramengvrl. Berkaca dari pengalaman pahit sebagai korban pelecehan, Marion, Danilla, dan Ramengvrl ingin lagu rilisan mereka menjadi sumber kekuatan dan motivasi. ’’Nggak cuma buat perempuan, tapi juga buat laki-laki atau bahkan gender apa pun. Ini untuk menyuarakan bahwa kita semua sering mendapat tekanan,” ujar Ramengvrl. Marion berharap Don’t Touch Me bisa memberikan semangat bagi siapa pun yang mendengar. Termasuk korban pelecehan. ’’Ini lagu buat kalian dan inget bahwa kalian layak diperjuangkan,” tegas perempuan 21 tahun itu. Selain lewat lagu, Marion, Danilla, dan Ramengvrl mengajak semua orang untuk lebih berani bersuara dan ambil bagian dalam pencegahan pelecehan seksual. ’’Kalau dari aku, solusinya adalah coba bercerita. Bisa sama keluarga atau orang lain yang dipercaya,” kata Marion. Danilla dan Ramengvrl lantas menekankan bahwa dalam kasus pelecehan seksual, korban tidak perlu merasa bersalah. ’’Inget, lo harus cinta sama diri lo sendiri dan kita semua itu tetap berharga,” tegas Danilla. (len/c7/fal)
Dont’t Touch Me dan Realitas Kasus Pelecehan Seksual, Stop Menyalahkan, Dampingi Korban
Minggu 13-06-2021,15:43 WIB
Editor : redaksi rb
Kategori :