21 Sekolah Negeri di Mukomuko Terancam Tutup, Bergeser ke Sekolah Islam

Senin 04-10-2021,12:53 WIB
Reporter : redaksi rb
Editor : redaksi rb

MUKOMUKO, rakyatbengkulu.com - Keberadaan sekolah swasta berlabel sekolah Islam Terpadu (IT) menyedot perhatian para orang tua dan lebih mempercayakan anaknya di sana.

Ini pun ditengarai membuat sejumlah sekolah negeri kekurangan siswa.

Jika kondisi itu lama-lama dibiarkan, dapat mengancam keberlangsungan sekolah tersebut. 21 sekolah negeri pun terancam ditutup.

BACA JUGA Jembatan Gantung di Rejang Lebong Memprihatinkan, Jangan Tunggu Korban Jiwa Setidaknya, ada 21 sekolah negeri yang terancam ditututup.

Lima Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN)  dan 16 Sekolah Dasar Negeri (SDN).

Ada lima sekolah kondisi jumlah siswa barunya di tahun ajaran ini kurang dari 10 orang.

Yakni SMPN 42 Mukomuko, jumlah siswa barunya hanya 3 orang.

Menurun drastis dari jumlah siswa baru sebelumnya yang sekarang duduk di kelas di atasnya sebanyak 14 orang.

Kemudian SMPN 38 Mukomuko, jumlahnya sebanyak 5 orang. Turun dari sebelumnya ada 18 orang siswa.

Lalu SMPN 28 Mukomuko, sebelumnya siswa barunya ada 22 orang, namun ditahun ini, siswa barunya hanya 6 orang siswa.

Berikutnya SMPN 29 Mukomuko, ada 6 orang siswa, yang jumlahnya bertambah dari sebelumnya hanya 3 orang siswa baru.

Terakhir, SMPN 18 Mukomuko, yang siswa barunya hanya sebanyak 10 orang siswa.

Bahkan untuk sekolah yang jumlah siswa barunya paling banyak tahun ini, juga mengalami penurunan dari jumlah siswa barunya ditahun lalu.

Sementara itu, SMPIT, jumlah siswanya terus mengalami penambahan. Misalnya saja SMPIT Al-Kautsar.

Dua tahun lalu, jumlah siswanya hanya 73 orang. Lalu di tahun 2020, siswa barunya menjadi 108 orang dan di tahun ini, siswa barunya sebanyak 103 orang.

Peningkatan drastis juga di SMP Swasta An-Nakhil, jumlah siswa barunya sampai 107 orang siswa.

Padahal sebelumnya, siswa barunya hanya 79 orang di tahun 2020 da hanya 73 orang di tahun 2019.

Sedangkan SMPIT Al-Fath, nyaris mengalami kenaikan 100 persen. Jumlah siswa barunya sebanyak 41 oang siswa, dari tahun lalu Cuma 22 orang siswa.

Kondisi Murid SD

Demikian juga kondisi dengan Sekolah Dasar Negeri (SDN).

Bahkan dari pengecekan data di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Mukomuko, bahwa hingga 4 September 2021, ada 2 SDN tanpa punya siswa baru.

Adalah SDN 05 Sungai Rumbai dan SDN 08 Malin Deman.

Lainnya, SDN 09 Kota Mukomuko hanya punya 3 siswa baru.

Demikian juga dengan SDN 04 Malin Deman.

Berikutnya, SDN 09 Selagan Raya hanya 4 siswa baru, SDN 01 Air Dikit 5 siswa baru, SDN 15 Penarik 5 siswa baru.

SDN 06 Air Rami 7 siswa baru, SDN 10 Air Rami 7 siswa baru, SDN 07 Kota Mukomuko 8 siswa baru. SDN 03 Teramang Jaya 9 siswa baru dan SDN 03 XIV Koto 10 baru.

Jumlah siswa barunya juga hanya 10 orang, juga terjadi pada SDN 02 Air Dikit.

SDN 01 Malin Deman, SDN 06 Selagan Raya, SDN 05 Teramang Jaya.

16 sekolah negeri tersebut juga terancam ditutup. Sedangkan SD swasta berbasis IT, jumlah siswanya terus bertambah.

Seperti SDIT Al-Kautsar, siswa barunya tembus 119 orang dari tahun lalu sebanyak 106 orang.

SDIT Al-Fatih 46 orang ditahun lalu hanya 44 orang.

SDIT Iqro Ipuh, siswa barunya 41 orang, bertambah dari sebelumnya hanya 34 orang.

SD Integral Hidayatullah II sebanyak 34 siswa, SDIT Hidayatullah 29 siswa, SDIT Nurul Ilmi 26 siswa baru.

SDIT Azzahra 21 siswa baru dan SDIT Insan Kamil sejumlah 19 orang siswa.

Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Mukomuko, Jumanto, SE mengatakan belum ada pembahasan khusus mengenai wacana moratorium izin pendirian sekolah swasta baru di Mukomuko.

Disebutnya, untuk menerapkan kebijakan moratorium, perlu kajian menyeluh dan dipastikan prosesnya akan memakan waktu yang cukup lama.

“Panjang prosesnya, mau dikaji dulu. Setahu saya, belum ada kebijakan demikian,” kata Jumanto.

Khusus SDN lanjutnya, terkadang di wilayah sekolah itu memang jumlah warga usia masuk SD sedikit.

Dengan kondisi demikian, tidak mungkin langsung dilakukan penutupan.

“Mau menutup sekolah juga butuh kajian. Perlu dibahas secara komprehensip. Dan banyak pihak-pihak yang harus terlibat dalam pembahasan, sebelum sekolah itu diputuskan nasibnya,” pungkasnya.

Dan ternyata, sekolah negeri ini tidak hanya berebut siswa dengan sekolah swasta.

Tapi semasa sekolah negeri pun, juga demikian.

Informasinya, ada sekolah yang sengaja menerima siswa di luar batas zonasinya.

Karena takut jumlah siswa sedikit, yang itu akan berdampak pada kelancaran aktivitas sekolah termasuk kelancaran guru menerima sertifikasi.

“Kami seharusnya, kalau pemberlakukan itu benar-benar dijalankan, lumayan siswa baru kami. Tapi nyatanya, ada sekolah negeri yang lain, mengabaikan zonasi, karena mereka juga kurang siswa,” kata salah satu guru yang enggan namanya disebut.

Ketua DPRD Mukomuko, M. Ali Saftaini, SE meminta Pemkab bijak dalam merespon sejumlah sekolah negeri jumlah siswanya minim.

Ia berharap, Pemkab tidak sampai mengambil langkah moratorium izin sekolah swasta baru.

Menurutnya, semakin banyak sekolah swasta, mestinya menjadi semakin bagus. Secara otomatis akan meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Mukomuko.

“Makin bertambah jumlah sekolah swasta, Pemkab harusnya berterima kasih. Karena tanpa bersusah payah kualitas pendidikan di Kabupaten Mukomuko akan meningkat,” kata Ali.

Sebab, tidak mungkin sekolah swasta baru berdiri akan mampu bersaing dengan sekolah yang sudah ada. Tanpa ia memiliki program unggulan yang itu dapat menarik minat masyarakat menyekolahkan anaknya ke sekolah tersebut. “Ini tentu bagus untuk daerah,” sebutnya.

Sekolah negeri, mestinya menjadikan kondisi ini, untuk membuat yang berbeda dari biasanya.

Agar sekolah negeri tetap diminati. Meskipun sudah ada ketentuan baku, namun menurutnya tidak ada larangan jika sekolah berinovasi.

Apalagi memang terbuka peluang dari pusat, adanya kegiatan yang bisa dilaksanakan sekolah tanpa harus mengurangi program yang sudah dibuatkan pemerintah.

“Kita salut, seperti SMPN 3 Mukomuko, yang membuat inovasi, menyediakan jam belajar tambahan bagi siswa, hapalan Quran. Hasilnya, sudah ada siswa dari SMPN itu, punya kemampuan hapal Alquran. Jadi ada inovasi dan kreativitas dari sekolah negeri. Bukan malah menyalahkan kondisi yang ada sekarang,” sampai Ali.

Ia optimis, jika sekolah punya program unggulan, maka minat orangtua tidak akan menurun. Baca Selanjutnya>>>
Tags :
Kategori :

Terkait