PGRI Mukomuko Datangi Polres Minta Usut Tuntas Pengeroyokan Guru

Selasa 14-12-2021,09:59 WIB
Reporter : redaksi rb
Editor : redaksi rb

MUKOMUKO, rakyatbengkulu.com – Polres Mukomuko memastikan akan menindaklanjuti laporan dugaan pnganiayaan guru. Bukan saja akan melakukan pemeriksaan terhadap pelapor, tapi juga memanggil terlapor penganiayaan dan pihak terkait lainnya. Terlapor adalah tiga orang warga Desa Pondok Batu Kecamatan Kota Mukomuko yang diduga kuat telah melakukan penganiayaan secara bersama-sama (pengeroyokan) terhadap guru SDN 05, I Wayan, S.Ag. “Laporannya sudah kita terima, bahwa terjadi pemukulan yang dilakukan oknum wali murid. Diduga pelaku 3 orang, akan kami periksa di Polres Mukomuko,” kata Kapolres Mukomuko AKBP. Witdiardi, S.IK, MH melalui Kasat Reskrim AKP Teguh Ari Aji, S.IK dan KBO, Ipda. Kurtani, SH. BACA JUGA: Ngeri!! Guru Dikeroyok di Depan Murid Sementara itu, lebih dari 20 orang pengurus Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Mukomuko mendatangi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Mukomuko. Dipimpin Ketua PGRI Mukomuko, Rasita, S.Pd, mereka juga mendatangi Polres Mukomuko. “Kami datang mengadu dan meminta ini dapat tetap diproses hukum. Guru dan organisasi profesi ini sudah dilecehkan di depan murid dan guru. Apalagi in terjadi di lingkungan sekolah. Dimana letak harga diri seorang guru,” tegas Rasita. Jika ini dibiarkan, Rasita khawatir akan terulang di sekolah lain. Apalagi sudah banyak informasi jika aksi kekerasan pada guru kerap terjadi. Hanya saja selama ini tidak sampai terjadi kontak fisik. “Berarti kenyamanan guru sudah tidak ada. Kalau sudah tidak nyaman, tentu guru tidak betah lagi. Ujung-ujung minta pindah, siapa yang rugi? Agar guru betah bertugas dengan nyaman, makanya kami minta keadilan,” tegasnya. BACA JUGA:  PGRI Kecam Pelaku Pengeroyokan Guru, Minta Aparat Tindak Tegas Turut hadir guru yang menjadi korban pengeroyokan, I Wayan didampingi Kepala SDN 05 Kota Mukomuko, Julaila, S.Pd. Dalam kesempatan itu Julaila sampai meneteskan air mata dan dengan suara serak. Dia mengungkapkan ketakutan dan kegelisahan guru yang bertugas di SDN 05 Kota Mukomuko. Takut akan menjadi korban berikutnya. “Guru takut ke sekolah. Guru perempuan mau ke sekolah, menunggu dulu di simpang PLN. Minta dikawani dengan orang lainnya, karena takut-takut didatangi atau dihadang di jalan,” ungkap seraya menyeka air matanya saat di ruang Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Mukomuko. Bahkan pengurus PGRI Cabang Kota Mukomuko yang hendak berkunjung ke kediaman I Wayan, turut trauma. Takut menggunakan baju PGRI saat hendak melintas di Desa Pondok Batu. Karena takut turut jadi sasaran penyerangan. “Baju PGRI sampai dilepas dulu, mau ke tempat Pak Wayan. Ini bahaya, guru mau melintas ke Pondok Batu merasa bahaya. Jangan sampai nanti guru-guru yang lain turut trauma,” sampainya. Apalagi kejadian ancaman dan serangan terhadap guru di sekolah itu bukan untuk pertama kalinya. Namun selama ini tidak diekspose ke pihak lain maupun ke media sosial. “Ini sudah beberapa kali kejadiannya, tapi sampai kontak fisik baru kali ini setahu saya. Selama ini kita diam. Tidak pernah ekspos ke mana-mana. Ke guru selalu saya ingat tidak posting di media sosial. Cukup kita yang tahu. Tapi kali ini sudah keterlaluan,” sambungnya. Ia tidak menampik, sudah ada upaya mendamaikan dari Kades dan pihak lainnya. Tapi disayangkan pihaknya, permintaan untuk diselesaikan dengan baik-baik itu tidak pernah datang dari mereka yang melakukan penganiyaan. “Orang yang mukul, tidak pernah datang. Malah orang lain yang datang,” tukasnya. I Wayan mengungkapkan, saat diserang, dikeroyok dan dianiaya oleh 1 orang oknum wali murid dan 2 orang anggota keluarganya. Kepalanya terkena pukulan, kemudian leher dan dadanya pun dirasakan sempat terkena tendangan. “Saya secara pribadi sudah memaafkan. Tapi ini terkait dengan profesi guru, dan kami ini ada organisai. Jadi kami serahkan ke PGRI. Saya komitmen dengan kawan-kawan PGRI, jadi ini tetap diproses hukum,” kata Wayan. Ia menceritakan, bermula Kamis bagi, ada anak-anak kelas 1 bermain ke ruas kelas 5. Aksi anak-anak kelas 1 itu, membuat anak-anak kelas 5 tidak terima. Sehingga berusaha meminta anak-anak kelas 1 keluar kelas. Dalam proses itulah, kemudian salah satu anak memukul salah satu anak kelas 1. Hingga sebabkan mata salah satu anak kelas 1 itu, sampai bengkak. “Karena adanya kejadian itu, makanya saya datang ke kelas 5. Saya tegur, termasuk anak yang telah memukul siswa kelas 1, saya marahi. Setelah kejadian itu, Jumat pagi, saya baru sampai di sekolah, tiba-tiba langsung dipukul oleh 3 orang itu,” kata Wayan. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Mukomuko, Drs. H. Ruslan, M.Pd menyatakan, masyarakat harus paham, bahwa guru seharusnya dirangkul. Pihaknya berharap, permasalahan itu secepatnya diselesaikan. “Jangan semena-mena dengan guru. Ini jangan berlarut-larut. Kalau perlu, dalam waktu dekat bisa diselesaikan di kepolisian,” harapnya. (hue)

Tags :
Kategori :

Terkait