SAYA digugat. Lewat WA: "Disway saya tuntut harus memuat WA saya ini," katanyi. Yang menggugat: Nicky, yang satu mobil bersama saya, istri, dan Kang Sahidin ke acara Imlek di Tuban dua hari lalu.
Yang di Disway edisi kemarin ditulis positif Covid-19. Ternyata Nicky sudah negatif Covid. Cepat sekali sembuh. Bahkan sebelum merasakan gejala apa pun. Artinya: relawan Vaksin Nusantara itu hanya satu hari berstatus positif. Istri saya juga lega –meski telanjur PCR dan hasilnya negatif. Demikian juga Kang Sahidin. Saya tidak sempat PCR karena langsung menghadapi tekanan perjalanan. Termasuk ke istri almarhum Margiono untuk urusan keluarga yang ditinggalkan. Ya sudah. Pokoknya aman –sementara ini. Gugatan lain lebih menyulitkan saya: juga dari pembaca Disway. Isi gugatan: saya harus menulis heboh desa Wadas, di Purworejo itu. Ampuuuuun. Mengapa sih Wadas ini meledak sekarang? Kok tidak sabar menunggu berdirinya Disway Purworejo atau Disway Wonosobo? Agar saya bisa menugaskan mereka untuk melihat persoalan sebenarnya? Begitu serius? Sampai Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bikin pernyataan? Sampai salah seorang putri Gus Dur ikut serta? Saya pun harus menghubungi banyak pihak. Agar informasinya lengkap. Juga berimbang. Tapi tetap saja tidak bisa selengkap kalau ke sana sendiri. Saya memang beberapa kali ke pegunungan di Purworejo itu. Juga ke pegunungan di tetangganya: Wonosobo. Di kawasan itu banyak petani yang memelihara kambing etawa. Yang telinganya menjuntai indah sampai ke bawah: bisa lebih 30 cm. Peternak etawa bisa hidup dari susunya: bisa 3 liter sehari, asal makanannya tepat. Tapi Desa Wadas ini masih lebih ke barat dari basis etawa itu. Masih ke atas lagi. Lebih ke gunung. Itulah kawasan pegunungan Bukit Menoreh. Akan ada bendungan baru di situ: Bendungan Bener. Di ketinggian sekitar 500 meter dari permukaan laut. Kalau Anda naik mobil dari Kota Purworejo ke Wonosobo, posisi bendungan itu di sebelah kiri jalan. Kira-kira 4 Km masuk ke kiri dari jalan antar kota itu. Ada jalan kecil masuk ke arah selatan. Bendungan itu sendiri mencakup beberapa desa di dua kabupaten: 2 desa Purworejo dan 3 desa di Wonosobo. Tanah untuk bendungan itu harus dibebaskan oleh negara: beres. Tuntas. Tidak ada masalah. Penduduk yang terkena proyek juga sudah pindah ke desa-desa sekitar. Kebetulan tidak sampai 1000 KK. Ganti rugi terbanyak justru untuk pohon sengon. Kawasan itu penuh dengan sengon rakyat. Sengon telah menjadi investasi rakyat yang hasilnya melebihi tanam singkong atau jahe. Pembangunan waduk pun sudah bisa dimulai. Harus diakui, pemerintahan Presiden Jokowi sangat giat membangun waduk seperti ini. Besar dan kecil. Di mana-mana. Segiat membangun jalan tol. Waduk Bener ini akan mengalirkan air ke arah selatan. Untuk menyuburkan pertanian di Purworejo Selatan: 15.000 hektare. Yang kalau musim kering sangat tandus. Masih ditambah persoalan yang lebih berat: air laut selatan mulai intrusi jauh ke utara di musim seperti itu. Air waduk nanti bisa mengatasi kekeringan itu. Sekaligus menahan intrusi air laut. Termasuk mengairi persawahan di kawasan Kulonprogo tidak jauh dari bandara baru Yogyakarta. Sampai di sini baik-baik saja. Lancar. Maka pekerjaan bendungan harus dimulai. Kontraktornya pun sudah ada. Yakni BUMN yang ahli di bidang tata air: PT Brantas Adipraya. Tidak ada masalah. Tapi untuk memulai, proyek ini memerlukan banyak batu. Bendungan itu sangat besar: panjangnya 543 meter: lebih setengah kilometer. Baca Selanjutnya>>>Doa Wadas
Sabtu 12-02-2022,08:09 WIB
Editor : redaksi rb
Kategori :