BENGKULU, rakyatbengkulu.com - Kelangkaan minyak goreng beberapa waktu ini, disinyalir bisa memicu peningkatan inflasi. Kepala Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Bengkulu, Joni Marsius menjelaskan dari hitungan timnya, diketahui dalam satu hari, masyarakat se-Provinsi Bengkulu menghabiskan 6.400 liter minyak goreng.
Untuk itu, pihak juga berkoordinasi dengan pemerintah daerah, untuk mengatasi persoalan ini. Apalagi, minyak goreng juga merupakan persoalan Nasional. Sejak melambungnya harga Crude Palm Oil (CPO) beberapa waktu lalu. "Masyarakat Bengkulu itu kebutuhan minyak gorengnya per hari 6.400 liter, atau 6,4 ton per hari. Kalau di setahunkan itu sekitar 1.300 ton. Sementara kita ini penghasil CPO sudah di atas 1.000 juta ton. Nah ini karena kita tidak punya pabrik, makanya kita dibantu oleh tetangga kita yang punya pabrik," ungkap Joni, usai rapat Pembahasan Tentang Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Bengkulu Tahun 2022 dan Mengantisipasi Kenaikan Harga Pangan Menjelang Bulan Suci Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 1443 H, Selasa (15/3). BACA JUGA: Peristiwa Berdarah di Warung Tuak, Leher Pengunjung Ditusuk Ia mengatakan, kebutuhan minyak goreng Provinsi Bengkulu saat ini dibantu oleh beberapa provinsi tetangga. Diantaranya, Sumatera Selatan, yang paling besar menyuplai ke Bengkulu. Selebihnya di Sumatera Utara dan Jambi. "Sekarang kita berencana untuk kerja sama antar daerah. Kerja sama ini operatornya siapa, jadi idealnya dari bisnis ke bisnis. Pengusaha ke pengusaha. Ini nanti yang akan diperjelas lagi," imbuhnya. Apakah nanti, lanjutnya, bisa keluar dari aturan Kemendag, atau seperti apa kebijakan yang akan diambil untuk jalan keluarnya untuk persoalan minyak goreng ini. "Ini kebutuhan, yang menurut hitungan kita. Inflasi karena minyak goreng ini, dari hitungan statistik ini bobotnya bisa 0,89 kansnya untuk mempengaruhi inflasi," jelasnya. Solusi sementara dari hasil rapat, yakni memperbanyak operasi pasar murah. Untuk kebijakan distribusinya juga harus dicarikan solusi. BACA JUGA: Polisi Turun Bagikan Migor Rapat ini merupakan warming up, pengendalian inflasi menjelang Ramadan dan Idul Fitri. Dimana pihaknya berfokus membahasnya tentang minyak goreng. "Jadi ini awalnya dipicu harga CPO naik, mau gak mau harga modal juga ikut naik. Akhirnya pemerintah menerapkan kebijakan, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tapi itu belum jalan, dan harga 14 ribu itu untuk yang premium itu dari sisi modal belum dapat. Dari sisi modal itu untuk produksinya lebih dari Rp 14 ribu. Makanya ada aksi, kalau retail modern itu bisa klaim kelebihannya. Tapi ini belum dibayar. Jadi mau ngak mau ini mempengaruhi. Juga kepada retail tradisional itu gak mungkin untuk menjual di Rp 14 ribu, sementara modal mereka ini lebih dari itu. Ini yang masih didiskusikan," ungkap Joni. Baca Selanjutnya>>>Warga Bengkulu Habiskan 6.400 Liter Minyak Goreng Sehari
Rabu 16-03-2022,15:06 WIB
Editor : redaksi rb
Kategori :