Usaha Sawit Terancam Mati

Sabtu 26-03-2022,07:50 WIB
Reporter : redaksi rb
Editor : redaksi rb

  KEBIJAKAN membatasi solar ke Mukomuko berpotensi mematikan ekonomi toke dan petani sawit. Pasalnya, toke maupun petani merugi, akibat solar sulit didapat.

Karena mobil - mobil pengangkut tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, tidak bisa beroperasi.

TBS kelapa sawit milik petani yang sudah dipanen, lamban diangkut oleh mobil milik toke. Sehingga TBS kelapa sawit itu terjemur, yang itu dapat mengurangi berat timbangan. Kemudian semakin lama, TBS tersebut bisa membusuk.

Hal hampir serupa juga dialami toke sawit. TBS kelapa sawit yang sudah mereka beli dari petani, lamban dibawa ke pabrik kelapa sawit (PKS).

BACA JUGA:  Jeritan Hati Para Sopir Truk di Tengah Antrean Panjang Solar, Pulang Istri Ngomel-ngomel Karena mobil tidak bisa jalan mengangkut TBS tersebut. Sehingga tidak sedikit TBS yang sudah di tangan toke, busuk.

Jika TBS kelapa sawit dalam kondisi demikian, akan ditolak oleh pabrik. Dengan begitu, semakin tinggi buah yang disortir oleh petugas pabrik. Belum lagi, berat buah bisa menyusut.

“Ada yang jual satu jerigen itu Rp 300 ribu, tetap saya beli. Demi mobil saya bisa berjalan membawa buah ke pabrik,” kata salah satu Toke Sawit di Desa Pondok Batu Kecamatan Kota Mukomuko, Wayan Tarnya kepada wartawan koran ini.

BACA JUGA:  Antrean Solar, Pertamina Bilang Masyarakat Tak Perlu Khawatir Ia menerangkan, usahanya sangat terganggu dengan kelangkaan solar. Semestinya setiap hari, ia bisa menjual buah kelapa sawit ke pabrik.

Namun yang terjadi beberapa hari terakhir, buah baru bisa ia angkut ke pabrik, setiap dua hari. Karena mobil pengangkut tidak mendapatkan bio solar.

“Kami sangat terganggu. Kelangkaan BBM ini, berdampak langsung dengan kami. Imbasnya banyak, terkena ke mana-mana dan macam - macam. Kalau kami kena imbas, otomatis petani juga kena imbas. Karena kami tidak bisa cepat jemput buah ke kebun,” terang Wayan.

BACA JUGA:  Ketahuan Mencuri, Tiga Pemuda Babak Belur Dihajar Massa Pihaknya berharap, pemerintah dan Pertamina bijak. Tidak membiarkan kondisi sekarang semakin berlarut-larut. Ia mengaku tidak mempermasalahkan jika harga bio solar naik, selagi kenaikan itu tidak terlalu signifikan.

Asalkan ketersediaan bio solar melimpah. Dalam artian, setiap kali dibutuhkan, BBM tersebut tersedia di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).

“Risiko dengan kami sangat besar. Jadi harapan kami, solar lancar lagi," terang Wayan.

Baca Selanjutnya>>>
Tags :
Kategori :

Terkait