Lebih dari 10 jenis ikan kering dijual Devi, seperti geleberan, beledang, teri nasi, dencis rebus dan lainnya. Termasuk udang rebon dan cumi kering. Ikan kering tersebut merupakan hasil tangkapan suaminya melaut.
Sementara untuk pemasaran, Devi tidak menjualnya secara online. Namun diakui Devi ada beberapa pesanan datang dari luar Kota Bengkulu, seperti Palembang, Riau, Lampung, dan Jambi. Sekali kirim pesanan bisa mencapai Rp 3 juta untuk berbagai jenis ikan.
“Pembayaran transfer dulu baru barang dikirim, biasanya yang pesan itu untuk dijual lagi. Tapi kalau sekarang saya stop dulu karena stok juga lagi sedikit,” ujarnya.
Di Bengkulu pelaku UMKM juga masih sulit mengakses beragam layanan permodalan usaha secara online. Sejumlah kendala masih dihadapi, seperti sulitnya akses internet di beberapa wilayah, terutama luar Kota Bengkulu. Selain itu, minimnya literasi keuangan juga masih dihadapi pelaku UMKM di Bengkulu.
Julianto, salah satu pengusaha produk gurita olahan kering di Desa Linau, Kabupaten Kaur. Bergelut dengan dunia usaha membuatnya mulai berpikir untuk mengenalkan produk olahannya hingga ke luar daerah.
Terletak di wilayah pesisir dengan memiliki potensi hasil laut yang kaya, Kabupaten Kaur dikenal dengan daerah penghasil gurita yang dibuat dengan menjadi berbagai macam olahan. Mulai dari olahan basah, menjadi gulai gurita, pindang gurita, sate gurita, hingga menjadi olahan kering, keripik gurita dan gurita kering yang sering dicari pengunjung yang sekedar lewat atau memang berlibur di Kabupaten Kaur.
“Target pasar kami memang wisatawan. Tapi untuk promosi akses internet yang tak memadai menjadi masalah,” katanya.
Diakuinya, di tengah gembar gembor desa wisata maupun desa digital ia bersama pelaku usaha lain hanya bisa gigit jari. “Daerah lain sudah kenal E-Commerce, kami buat posting jualan di media sosial saja harus mutar-mutar cari signal,” ungkap Julianto.
Julianto mengatakan, untuk bahan baku gurita olahan ini didapat dari nelayan tradisional setempat dengan harga basah Rp 70 ribu per kilogram. Bila dikalkulasikan, kebutuhan gurita basah selama satu minggu sebanyak kurang lebih 50 kilogram. Gurita tersebut kemudian diolah menjadi gurita kering dan keripik gurita.
”Untuk gurita kering kami jual dengan harga Rp 100 ribu per kilogram, sedangkan keripik gurita dengan harga Rp 40 ribu per kemasan 250 gram, dengan dua varian rasa pedas asin,” katanya.
Julianto mengaku saat ini pemasaran yang dilakukan kebanyakan pengusaha pengolah gurita masih memasarkan secara manual saja. Yakni dengan memajang di depan rumah masing-masing. Khusus untuk keripik gurita dititipkan ke beberapa tempat penjualan oleh-oleh di Kabupaten Kaur.