Maka selama kuliah di Dartmouth Anna bergabung ke klub sepak bola wanita. Dia jadi kapten di klub universitas itu.
Waktu aktif sebagai atlet ski Anna pernah cedera kaki.
Tapi dia tidak menyerah. Begitu sembuh dia lebih giat lagi latihan. Terutama latihan memperkuat otot kaki.
Setelah itu Anna jatuh cinta ke sepeda. Bahkan dia putuskan berhenti bekerja. Fokus bersepeda.
Jadi profesional. Dia menjuarai hampir semua balap gravel kategori wanita.
Cita-citanyi: ikut balap sepeda terberat di Afrika Timur. Saya tidak tahu namanya. Mau tanya ke anak rada sungkan: sesama penulis tidak boleh bertanya.
Kematian Anna begitu menggegerkan dunia balap sepeda. Apalagi kematiannya karena ditembak.
Ini mirip penembakan di New York empat hari lalu.
Seorang ibu muda, 20 tahun, lagi mendorong kereta bayi di trotoar Manhattan. Jam 20.30.
Seorang laki-laki muda mendekat dari belakang: Dor! Dari jarak dekat. Kepala ibu tersebut pecah. Ambruk. Kereta bayinya terlepas. Penuh ludiro.
Si penembak lari. Pakaiannya hitam-hitam. Tutup kepalanya pun hitam. Ia pasti akan tertangkap.
Tinggal tunggu waktu. Sang ibu muda sempat kirim WA ke kakaknyi. "Lokasi saya di sini. Just in case," tulisnya.
Penembakan itu hanya beberapa detik setelah WA itu dikirim. Dia seperti punya firasat akan mengalami kejadian buruk.
Saya tidak meneruskan kisah ini. Biarlah para detektif amatir di lingkungan pembaca Disway yang menyelesaikan kisah itu. Terutama siapa penembaknyi.
Dan lagi saya takut diprotes ulang: kok menyelipkan cerita yang tidak nyambung. Seperti Imam dan Trump itu.
Padahal ini kan cerita tentang Anna, Kaitlin, dan Colin.