Luka Diabetes, Jangan Tunggu Sampai Amputasi

Jumat 29-07-2022,20:34 WIB
Editor : Heru Pramana Putra

 

DIABETES melitus atau yang dikenal dengan kecing manis merupakan penyakit dimana kadar gula dalam darah cukup tinggi karna ketidakmampuan tubuh mengeluarkan atau menggunakan insulin sehingga gula dalam darah tidak dapat dimetabolisme.

Sembilan puluh persen dari kasus diabetes adalah diabetes melitus Tipe II.

Diabetes menjadi masalah kesehatan dunia karena insiden penyakit ini terus meningkat, mengakibatkan penderitaan individu dan kerugian ekonomi yang luar biasa.

Saat ini Indonesia berada di posisi kelima dengan jumlah penyandang diabetes sebanyak 7,6 juta jiwa. World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan penyandang diabetes di Indonesia menjadi 14,1 juta pada tahun 2035.

Apabila tidak ditangani dengan baik diabetes melitus sering menyebabkan komplikasi, salah satu komplikasi kronis yang serius dan sering ditemui adalah ulkus diabetikum atau luka diabetes.

Ulkus diabetikum merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan adanya makroangiopati sehingga terjadi kerusakan saraf dan gangguan aliran darah.

Luka diabetes mudah berkembang menjadi infeksi karna kadar gula dalam darah yang tinggi menjadi tempat strategis untuk pertumbuhan kuman.

Kerusakan saraf yang terjadi membuat terganggunya atau hilangnya rasa nyeri pada saraf-saraf tepi pada penderita diabetes sehingga menyebabkan penderita diabetes tidak merasakan telah terjadi luka pada tubuhnya.

Organ yang paling sering terkena luka yaitu kaki. Penderita diabetes biasanya menyadari lukanya setelah terjadi infeksi yang menimbulkan rasa nyeri dan atau lukanya telah membesar akibat pertumbuhan kuman yang cepat pada lukanya. Amputasi atau pemotongan organ merupakan konsekuensi serius pada penderita luka diabetes.

Amputasi sering dilakukan akibat keterlambatan penanganan luka pada penderita luka diabetes. Menurut data RISKESDAS angka amputasi pada penderita luka diabetes di Indonesia adalah 30%. Dalam 5 tahun terakhir angka kematian setelah dilakukan amputasi meningkat dari 50% menjadi 68%.

Berita baiknya, World Health Organization (WHO) dan International Diabetes Federation (IDF) mengatakan lebih dari 85% penderita luka diabetes pada tungkai dapat dicegah.

Perlunya kontrol kadar gula darah dan perhatian lebih pada kaki penderita diabetes atau pemeriksaan secara rutin guna mengurangi kejadian komplikasi berupa luka diabetes.

Bila dilakukan deteksi dini dan pengobatan yang adekuat akan dapat menekan angka kejadian amputasi. Bila penderita diabetes mengalami luka infeksi maka diperlukan pendekatan multidisiplin, seperti ahli bedah, ahli endokrin, ahli mikrobiologi, ahli gizi, ahli rehabilitasi medik, dan perawatan luka yang mahir.

 

Penulis

dr. Boscco Frengky

Boscco Frengky lahir di B. Jaya, 1 April 1993. Lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Medan tahun 2018. Saat ini penulis bekerja dalam bidang kesehatan di Rumah Sakit TK IV DKT Zainul Arifin, Bengkulu. Penulis juga merupakan seorang praktisi yang aktif melakukan perawatan luka modern, dan membuka pelayanan perawatan luka modern yang beralamat di jl. Belimbing, Panorama, Bengkulu .

Kategori :

Terkait