BENGKULU, RAKYATBENGKULU.Com - Alat tes kehamilan berupa test pack sering digunakan sebagai cara mandiri yang dapat dilakukan dalam mendeteksi kehamilan.
Alat tersebut bekerja dengan cara mendeteksi human chorionic gonadotropin (hCG), yaitu hormon yang diproduksi pada awal kehamilan.
BACA JUGA:Festival Tunas Bahasa Ibu Ditutup, Tekankan Pentingnya Pelestarian Budaya dan Bahasa Daerah
Namun, hasil test pack ternyata tidak selalu akurat. Karena pada kondisi tertentu hasil test pack positif, namun penggunanya belum tentu hamil.
Perlu pemeriksaan lebih lanjut pada bidan atau dokter kandungan, untuk memastikan kehamilan.
BACA JUGA:Ada Spot Berendam di Air Mengandung Belerang, Kawah Putih Tinggi Raja di Sumut
Tes positif tapi tidak hamil, bisa disebabkan beberapa faktor, diantaranya kehamilan ektropik, keguguran atau aborsi, penyalahgunaan alat sebelum digunakan dan rute penguapan.
Kehamilan ektopik, maksudnya kadang sel telur yang telah dibuahi dapat tertanam di luar rongga utama rahim. Akibatnya terjadi kehamilan ektopik.
Menurut istilah kedokteran, kehamilan ektopik merupakan kondisi darurat medis yang serius. Dimana pasien mesti ditangani segera.
Kehamilan ektopik biasanya terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi tersangkut di tuba falopi dalam perjalanan menuju rahim. Jenis kehamilan ektopik ini juga dikenal sebagai kehamilan ektopik.
BACA JUGA:Tren Menggoreng Tanpa Minyak, Ini Dia Rekomendasi Air Frayer Low Watt yang Bisa Jadi Pilihan
Dimana HCG akan tetap terproduksi, walaupun berada di lokasi yang tidak tepat. Ini dapat menghasilkan tes kehamilan di rumah yang positif.
Penyebab lainnya keguguran atau aborsi yang baru terjadi pada seorang wanita. Hasil tes pack akan terus positif setelah keguguran, termasuk selama aborsi berlangsung. HCG dapat tetap berada dalam darah dan urin hingga 6 minggu setelah akhir kehamilan.