Adapun pertikaian itu disebabkan oleh gagalnya pemimpin orang-orang Aceh tersebut melamar Puteri Gading Cempaka untuk dijadikan istri.
Akhirnya terjadilah perang hebat di antara kedua kerajaan tersebut, Anak Dalam dengan siasat cerdiknya mampu mengimbangi serangan dari pasukan Kerajaan Aceh.
Perang sudah berlangsung lama dan telah banyak korban yang berjatuhan diantara kedua belah pihak tetapi kekuatan kedua kerajaan tersebut tampak seimbang.
Anak Dalam sedih dan tidak sanggup lagi melihat banyaknya korban yang berjatuhan.
BACA JUGA:20 Raja Telah Berkuasa di Kerajaan Kutai, Merupakan Kerajaan Hindu Tertua di Nusantara
Akhirnya Anak Dalam beserta keenam adiknya, berangkat bersama pengiringnya menuju daerah Gunung Bungkuk, Rindu Hati, Bengkulu Tengah.
Mereka tinggal di gunung sampai peperangan berakhir. Raja Anak Dalam digantikan oleh Maharaja Sakti yang berasal dari Pagaruyung.
Yang kemudian lahirlah Kerajaan Sungai Lemau dengan rajanya pertamanya Maharaja Sakti.
Berdasarkan riwayat, Tuanku Maharaja Sakti berhasil mendapatkan Puteri Gading Cempaka yang kemudian menjadikannya sebagai permaisuri.
BACA JUGA:Runtuhnya Kerajaan Champa, Pengaruh Ajaran Islam dan Keturunan Champa yang Tersebar di Nusantara
Tuanku Maharaja Sakti akhirnya memilih pusat kerajaannya di sekitar Sungai Lemau, Kecamatan Pondok Kelapa.
Setelah masuknya penjajah bangsa lnggris (1685) dan Belanda (1833), maka berakhir pula masa kerajaan-kerajaan di daerah tersebut.