JAKARTA, RAKYATBENGKULU.COM - PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk kembali menyelenggarakan BRI Microfinance Outlook 2024 yang akan berlangsung 7 Maret 2024 mendatang.
Mengusung tema Strengthening Financial Inclusion Strategy: Microfinance Role in Increasing Sustainable and Inclusive Economic Growth, BRI sebagai bank dengan portofolio UMKM terbesar di Indonesia berkomitmen untuk terus mendorong inklusi keuangan guna mendorong pembangunan ekonomi negara.
Acara tersebut dijadwalkan dihadiri oleh Asian Development Bank (ADB) Country Director for Indonesia Jiro Tominaga akan berbicara mengenai “Fostering Inclusive Growth Worldwide: Strategies for Equal Economic Opportunities”.
BACA JUGA:Melesat, Volume Transaksi Cash Management di QLola by BRI Tumbuh 33,9 Persen Capai Rp6.788 Triliun
Jiro akan membahas terkait program dan kebijakan yang berhasil mewujudkan perekonomian inklusif dalam skala global.
ADB sendiri memiliki visi mendorong inklusi keuangan di negara negara Asia yang sejalan dengan pembahasan pada BRI Microfinance Outlook 2024.
Dalam kesempatan yang sama, Research Affiliate at Harvard University Beatriz Armendariz akan mengupas topik tentang “Global Inclusive Development: Theoritical Perspectives and Frameworks” yang akan membahas terkait kontribusi keuangan mikro terhadap pertumbuhan berkelanjutan yang inklusif.
BACA JUGA:Targetkan Pertumbuhan Kredit Double Digit, Prospek Saham BBRI Diramal Cerah
Beatriz merupakan peneliti yang berfokus pada ekonomi pembangunan, keuangan internasional dan ekonomi mikro termasuk keuangan mikro.
Selain menjadi Research Affiliate at Harvard University, ia juga menjadi Associate Professor of Economics, University College London.
Untuk tahun ini BRI Microfinance Outlook 2024 mengusung tema terkait inklusi keuangan karena dalam tiga dekade terakhir sejak tahun 1993, Indonesia telah berada dalam kelas negara berpendapatan menengah.
Gill & Kharas (2007) menyebut kondisi ini sebagai jebakan pendapatan menengah/middle income trap, yaitu situasi di mana suatu negara bertahan dalam kelas pendapatan menengah pada waktu yang lama dan gagal untuk menuju negara berpendapatan tinggi.
BACA JUGA:Gelar RUPST 2024, BRI Bagikan Dividen Rp48,10 Triliun
Terdapat beberapa aspek pembangunan yang cenderung mandek, diantaranya pertumbuhan ekonomi yang stagnan pada kisaran 5% per tahun, pertumbuhan kredit per tahun yang tidak pernah lebih dari 15%.
Kemudian, rasio penerimaan pajak terhadap PDB yang relatif rendah, kontribusi industri yang cenderung menurun, dan tingkat kemiskinan ekstrem yang persisten di angka 1,7% (LPEM FEB UI, 2023).