BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Pencari kerja (Pencaker) di Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu, didominasi oleh Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Hingga pertengahan Juli ini Dinas Ketenagaan Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Lebong telah mengeluarkan 218 kartu kuning (AK 1) sebagai tanda pencari kerja (Pencaker).
Rinciannya, terdiri dari 105 Pencaker laki-laki dan 113 Pencaker perempuan.
60 persen dari data tersebut adalah pencaker yang ingin bekerja diluar negeri.
Sisanya ada yang ikut tes Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan Calon pegawai negeri sipil (CPNS) serta yang ingin mengabdi menjadi tenaga harian lepas (THL) di kantor pemerintah.
Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Lebong Fakhrurozi, S.Sos., M.Si menuturkan kartu kuning atau AK 1 merupakan salah satu persyaratan masyarakat untuk mendaftar kerja baik yang ingin menjadi PMI ataupun yang ingin bekerja di perusahaan.
"Pencaker yang ingin mendapatkan kartu AK 1 ini, harus wajib memiliki akun siap kerja. Jika belum ada, maka kita minta untuk mendaftar terlebih dahulu," terang Fakhrurrozi.
Fakhrurozi mengatakan yang sangat disayangkan, sebagian besar penerima AK 1 tidak melapor kembali ke Disnakertrans Kabupaten Lebong, apakah mereka sudah diterima kerja atau masih berstatus Pencaker.
"Jadi untuk jumlah yang sudah diterima bekerja dan yang belum, kita tidak memiliki datanya. Karena, banyak penerima kartu AK 1 yang tidak melapor. Dari data Pencaker memang kebanyakan pencaker yang ingin bekerja ke luar negeri atau PMI," kata Fakhrurrozi.
BACA JUGA:Tips Mencuci dan Merawat Baju Putih dengan Benar, Ternyata Masih Banyak Orang yang Belum Paham!
Untuk itu, Fakhrurozi mengimbau kepada seluruh masyarkat yang sudah membuat kartu AK 1 di Disnakertrans Lebong untuk segera melapor kembali ke Disnakertrans Kabupaten Lebong.
Agar bisa diketahui berapa jumlah pemohon kartu AK 1 yang sudah mendapatkan pekerjaan dan yang belum mendapatkan.
"Kita selalu mengingatkan, namun masih saja pemohon AK 1 yang tidak melapor. Sehingga, kita tidak mengetahui berapa yang sudah bekerja," demikian Fakhrurrozi.