RAKYATBENGKULU.COM - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah meluncurkan program dana abadi pendidikan dan beasiswa di bidang Science, Technology, Engineering, and Math (STEM) yang memiliki potensi terbesar di dunia.
Program ini bertujuan untuk mendukung ekonomi hijau dan mempromosikan inovasi yang dibutuhkan untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.
"Kami mendorong inovasi yang dibutuhkan untuk menciptakan ekonomi yang jauh lebih berkelanjutan di masa depan," kata Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim dikutip antaranews.com, Sabtu, 7 September 2024.
STEM adalah pendekatan pembelajaran yang menggabungkan empat bidang ilmu, yaitu sains, teknologi, rekayasa, dan matematika.
BACA JUGA:8 Tips Jitu untuk Mengusir Rayap, Serta Pencegahan Agar Tidak Datang Kembali
BACA JUGA:5 Jenis Pohon yang Tahan Terhadap Serangan Rayap dan Tumbuh di Indonesia
Program ini juga membantu meningkatkan kesadaran dan aktivisme kaum muda tentang pentingnya berkelanjutan dan ekonomi hijau.
Selain program untuk mahasiswa sarjana dan magister, Pemerintah juga telah membuat program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) yang memungkinkan lebih banyak sarjana menempuh pendidikan di universitas terkemuka di dunia.
Program ini membantu meningkatkan kemampuan kaum muda dalam menghadapi tantangan global dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya berkelanjutan.
"Pemerintah memiliki program persiapan sekolah menengah untuk masuk ke universitas-universitas terbaik di Eropa, Amerika Serikat, Australia dan negara lainnya," ujarnya.
BACA JUGA:5 Bahan Ampuh untuk Mengusir Rayap
BACA JUGA:Ingin Tahu Angsuran Pinjaman Rp45 Juta – Rp65 Juta, Cek di Sini untuk PNS Bengkulu
"Proses aplikasi ini juga condong ke bidang dan jurusan yang mempromosikan keberlanjutan dan ekonomi hijau," ucap Nadiem.
Dalam perubahan iklim yang dramatis, sangat penting untuk memberikan perhatian pada semua pendekatan antargenerasi untuk memastikan keberlanjutan yang sejati.
"Karena pada akhirnya, beban dari masalah ini akan dirasakan generasi berikutnya. Itulah beban moral yang harus kita pikul, untuk bertindak sekarang dan bukan nanti," katanya.