BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Kabupaten Seluma masih berjuang menghadapi wabah Demam Berdarah Dengue (DBD).
Hingga September 2024, tercatat 327 kasus dengan 5 korban meninggal dunia.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Seluma intensif mengimbau warga untuk menjaga kebersihan lingkungan dan menyediakan alat deteksi dini di setiap Puskesmas.
Kasus DBD di Kabupaten Seluma terus menjadi perhatian, meskipun ada penurunan kasus beberapa waktu terakhir.
BACA JUGA:Bawaslu Bengkulu Utara Buka Pendaftaran 503 Pengawas TPS untuk Pilkada Serentak 2024
BACA JUGA:7 Manfaat Mengonsumsi Daging Bebek untuk Kesehatan, Diantaranya Bisa Meningkatkan Energi dan Stamina
Hingga September ini Dinkes Seluma melaporkan sebanyak 327 kasus DBD yang menimpa warga di berbagai kecamatan.
Kepala Dinas Kesehatan Seluma, Rudi Syawaludin, S.Sos, yang didampingi Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Mazda, S.KM, M.Ling, menjelaskan bahwa data terbaru mencatat tambahan 15 kasus dari 3 UPTD Puskesmas di wilayah Kabupaten Seluma.
“Untuk total keseluruhannya ada 327 kasus DBD, terbaru ada data dari 3 UPTD Puskesmas sekitar 15 kasus,” ungkap Mazda dikutip KORANRB.ID.
Puskesmas Kembang Mumpo melaporkan dua kasus di Desa Padang Kelapa dan satu kasus di Desa Ujung Padang.
BACA JUGA:6 Jenis Pakan Itik yang Bisa Meningkatkan Hasil Telur
BACA JUGA:10 Manfaat Mengonsumsi Telur Itik yang Luar Biasa untuk Kesehatan
Puskesmas Pajar Bulan menangani tujuh kasus di Desa Air Melancar, satu di Kelurahan Pajar Bulan, satu di Desa Padang Serunaian dan satu di Desa Rantau Panjang.
Sementara itu, Puskesmas Ilir Talo mencatat dua kasus di Kecamatan Ilir Talo.
Rudi Syawaludin menyampaikan bahwa sejak awal tahun ini, lima pasien meninggal dunia akibat DBD, salah satunya adalah Jeni Ariska (21), warga Kelurahan Kembang Mumpo, yang meninggal dunia pada April 2024 setelah dipastikan positif DBD.
Perbandingan dengan tahun sebelumnya menunjukkan peningkatan yang signifikan.
BACA JUGA:Shio Ular di Tahun Ular Kayu Tahun 2025! Prediksi Keberuntunganmu di Januari 2025
Pada 2023, tercatat 195 kasus DBD dengan tiga pasien meninggal dunia. Tahun ini, angka tersebut melonjak menjadi lima korban meninggal.
“Untuk tahun ini ada 5 pasien yang positif DBD dan dilaporkan meninggal dunia. Meskipun dari beberapa laporan ada juga yang dipengaruhi oleh faktor penyakit pendukung lainnya,” jelas Mazda.
Menurut Mazda, musim pancaroba dan rendahnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan menjadi faktor utama penyebab peningkatan kasus DBD.
Gejala DBD meliputi demam tinggi selama tiga hari, munculnya ruam merah pada kulit, nyeri kepala, serta nyeri pada otot dan tulang.
BACA JUGA:8 Jenis Itik Petelur Potensial di Indonesia, Menguntungkan untuk Dibudidaya
Mazda mengimbau masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke Puskesmas jika mengalami gejala tersebut.
Saat ini, seluruh Puskesmas di Kabupaten Seluma telah dilengkapi alat Rapid Diagnostic Test (RDT) untuk mendeteksi virus Dengue sejak dini, sehingga risiko kematian akibat DBD dapat dikurangi.
"Silakan periksa jika mengalami demam tinggi selama 3 hari, saat ini di setiap Puskesmas telah tersedia alat RDT pendeteksi virus DBD," imbau Mazda.
Dinkes Seluma juga telah membagikan bubuk abate secara gratis di sejumlah desa dan kelurahan.
BACA JUGA:Ramalan Asmara Shio Tikus Januari 2025: Tahun Ular Kayu Membawa Cinta?
Selain itu, bubuk abate juga tersedia di seluruh Puskesmas untuk membantu warga mencegah berkembangnya jentik nyamuk di penampungan air.
"Saat ini untuk abate tersedia di semua Puskesmas di Seluma, itu diberikan secara cuma-cuma atau gratis. Kami juga masih intensif melakukan pengasapan (fogging) di wilayah desa atau kelurahan yang terdapat kasus DBD, tetapi itu sifatnya hanya sementara," jelas Rudi.
Untuk pencegahan jangka panjang, Rudi mengajak masyarakat agar lebih aktif menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Ia mengimbau warga untuk bergotong royong menjaga kebersihan lingkungan, termasuk dengan menguras tempat penampungan air secara berkala, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang barang-barang yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk aedes aegypti yang membawa virus DBD pada manusia.
Rudi menekankan bahwa kebersihan lingkungan merupakan langkah kunci untuk mencegah penyebaran virus DBD yang bisa berakibat fatal, terutama di saat musim ekstrem yang memicu banyaknya genangan air tempat berkembang biaknya nyamuk.