Selain itu, Quartararo juga menjadi contoh bahwa usia muda bukanlah halangan untuk bersaing di level tertinggi.
Marco Bezzecchi, dengan gaya balap yang eksplosif, adalah salah satu rider yang juga tengah meroket.
Meski baru beberapa musim di MotoGP, Bezzecchi telah menunjukkan perkembangan yang signifikan.
Jika terus mempertahankan performanya, bukan tidak mungkin ia akan jadi kandidat kuat juara dunia di masa depan.
BACA JUGA:Kisah Rene Higuita, Kiper Kolombia dengan Aksi Gila yang Terkenal Memiliki Tendangan Kalajengking
BACA JUGA:Grand Opening Billiard Houze, Gubernur Bengkulu Buka Turnamen Berhadiah Total Rp40 Juta
BACA JUGA:Peluang Karir Cemerlang Shio Tikus di Tahun 2025
Faktor X Mentalitas dan Teknologi
Meski begitu, menjadi pembalap top di MotoGP bukan hanya soal kecepatan dan bakat.
Ada faktor mentalitas dan teknologi yang berperan besar.
Para pembalap muda ini sering kali harus belajar dari pengalaman belajar dari kekalahan, cedera, dan tekanan untuk selalu tampil maksimal. Di sinilah letak tantangannya.
Pembalap legendaris seperti Valentino Rossi atau Marc Márquez punya mentalitas baja yang terbentuk dari pengalaman bertahun-tahun.
Mereka tahu kapan harus bermain aman dan kapan harus all out.
Ini yang membuat mereka begitu sulit dikalahkan. Para pembalap muda masih harus membuktikan bahwa mereka punya mentalitas yang sama, terutama ketika berada di bawah tekanan.
Selain itu, teknologi di MotoGP terus berkembang.
Tim-tim pabrikan seperti Ducati, Yamaha, dan Honda berlomba-lomba menciptakan motor terbaik dengan teknologi terbaru.