Warga Enggano Alami Krisis Ekonomi, Kini Bertahan Hidup dengan Sistem Barter

Kamis 19-06-2025,11:38 WIB
Reporter : Febi Elmasdito
Editor : Febi Elmasdito
Warga Enggano Alami Krisis Ekonomi, Kini Bertahan Hidup dengan Sistem Barter

Di tengah stagnasi ekonomi, sistem barter kembali menjadi praktik umum. 

Warga saling tukar bahan pokok agar tetap bisa makan dan bertahan. 

Rahmawati, seorang ibu rumah tangga di Desa Malakoni, menjelaskan bahwa untuk bisa mendapatkan beras, pihaknya harus barter dengan ikan karena tidak memiliki uang.

"Ikan segenceng (1,5 kilogram) kami tukar ke beras 1 kilogram. Karena tidak ada uang, mau belanja pakai apa?," katanya.

Beberapa warga bahkan terpaksa berutang di warung kecil, dengan nominal yang terus membengkak. 

BACA JUGA:Pilu! Istri Temukan Suami Tak Bernyawa, Diduga Akhiri Hidup Akibat Tekanan Omset Usaha yang Menurun

BACA JUGA:Polda Bengkulu Musnahkan Ganja dan Sabu dari Eks Pegawai Lapas dan Petani Sumsel

Seorang temannya, kata Rahmawati, telah berutang hingga Rp4 juta untuk memenuhi kebutuhan dasar selama beberapa bulan terakhir.

Situasi tak kalah suram juga terjadi di sektor pendidikan. 

Iwan, warga Meok, mengaku kini harus bekerja serabutan sebagai buruh proyek agar bisa mengirim sedikit uang untuk anaknya yang tengah kuliah di Bengkulu.

"Anak saya itu biasanya kami kirim Rp300 ribu dua minggu sekali. Tapi kini, sudah tak bisa. Saya minta anak saya berhemat betul," katanya lirih.

Ketua AMAN Bengkulu, Fahmi Arisandi, menyebut krisis ini sebagai kegagalan pemerintah daerah dalam menjalankan tanggung jawab pembangunan inklusif.

"Betul kirim beras, tapi apakah itu bisa bertahan? Nyatanya tidak. Di sini, sesungguhnya seluruh barang tersedia. Namun mau pakai apa, kalau uang tidak ada," tegas Fahmi.

BACA JUGA:Astra Motor Bengkulu Harumkan Nama Daerah, Raih Juara 1 di Ajang Nasional Instruktur Safety Riding Honda

BACA JUGA:Helmi-Mian Dorong Akselerasi Layanan Publik, Infrastruktur dan Kesehatan Jadi Prioritas RPJMD 2025–2029

Fahmi menyebut, kerugian akibat mandeknya distribusi pertanian di Enggano mencapai Rp1,8 miliar per bulan, termasuk hasil pisang, kakao, kopi, pinang, melinjo, dan lainnya. 

Kategori :