
RAKYATBENGKULU.COM - Di balik angka, ada luka yang belum tentu sembuh. Begitulah potret suram kekerasan terhadap perempuan di Provinsi Bengkulu sepanjang Triwulan I tahun 2025.
Meski semua korban tercatat telah menerima penanganan, namun data yang dihimpun oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) menunjukkan bahwa persoalan ini masih jauh dari kata selesai.
Tercatat ada 20 kasus kekerasan terhadap perempuan di seluruh wilayah Bengkulu dalam rentang tiga bulan pertama tahun ini.
Angka ini menjadi refleksi bahwa kekerasan, dalam berbagai bentuknya, masih mengintai perempuan di ruang publik maupun domestik.
BACA JUGA:Tinggal di Rumah Reyot, Nelayan Mukomuko Akhirnya Dapat Sinyal Hunian Layak
BACA JUGA:5 Tersangka Belum Final, Korupsi Perjadin Setwan Bisa Seret Nama Baru
Kabupaten Mukomuko dan Kepahiang menempati posisi tertinggi dengan masing-masing 3 kasus, disusul oleh Rejang Lebong dan Bengkulu Utara dengan jumlah yang sama.
Meski daerah lain seperti Seluma, Kaur, Bengkulu Selatan, dan Kota Bengkulu mencatat angka lebih rendah, kondisi ini tetap menjadi alarm sosial bahwa kekerasan bisa terjadi di mana saja.
Jenis kekerasan fisik menjadi yang paling dominan, dialami oleh 12 korban.
Sementara itu, kekerasan psikis dan seksual masing-masing menimpa 3 korban, dan 2 korban lainnya mengalami penelantaran.
DP3AP2KB memastikan bahwa seluruh korban telah mendapatkan layanan pengaduan, serta akses terhadap layanan kesehatan, bantuan hukum, hingga reintegrasi sosial untuk beberapa kasus tertentu.
BACA JUGA:Respons Cepat Wagub Mian di Enggano, Krisis Pendidikan Jadi Perhatian Utama
BACA JUGA:Baru 42 Desa di Mukomuko Ajukan Pencairan Dana Desa Tahap Kedua Tahun 2025
Dalam keterangannya, Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak, Ekmaharti, menyampaikan keprihatinannya atas tingginya angka kekerasan tersebut.
“Kami sangat prihatin atas masih tingginya angka kekerasan terhadap perempuan di Provinsi Bengkulu pada Triwulan I tahun 2025 ini. Meskipun seluruh korban sudah mendapatkan layanan yang diperlukan, hal ini tetap menjadi alarm bagi kita semua untuk semakin memperkuat upaya pencegahan dan perlindungan,” ujarnya.