Jauh sebelum kolonialisme, Bengkulu sudah terkenal sebagai penghasil emas dan lada berkualitas tinggi.
Catatan pedagang Inggris bahkan menyebut lada Bengkulu sebagai “the best pepper in the world”.
Pedagang Arab, India, dan Tiongkok telah singgah di pesisir Bengkulu sejak abad ke-15.
BACA JUGA:Bengkulu Satukan Langkah Kelola Hutan Berkelanjutan Lewat Lokakarya Multipihak
Jejak Portugis di Bengkulu
Sebelum kedatangan Belanda dan Inggris, Portugis lebih dulu menjalin kontak dagang dengan masyarakat Bengkulu pada abad ke-16.
Meski tidak membangun koloni permanen, mereka mencatat Bengkulu sebagai daerah penghasil emas dan lada yang strategis.
Tradisi Hukum Adat yang Kuat
Bengkulu juga memiliki tradisi hukum adat yang unik, salah satunya “cuci kampung”.
Ritual ini bertujuan membersihkan masyarakat dari bencana maupun kesalahan moral. Prosesi adat tersebut menjadi simbol kuatnya ikatan sosial sekaligus bentuk hukum tradisional masyarakat Bengkulu.
Bung Karno dan Fatmawati
Di Bengkulu pula kisah cinta Bung Karno dengan Fatmawati bermula.
BACA JUGA:Bengkulu Satukan Langkah Kelola Hutan Berkelanjutan Lewat Lokakarya Multipihak
Dari pernikahan itu, lahirlah Megawati Soekarnoputri yang kelak menjadi Presiden ke-5 Republik Indonesia. Hal ini membuat Bengkulu memiliki posisi penting dalam sejarah politik bangsa.
Pusat Penyebaran Islam di Pesisir Barat Sumatra
Sejak abad ke-16, Bengkulu menjadi salah satu jalur masuk Islam di pesisir barat Sumatra.
Ulama dari Minangkabau, Aceh, hingga Arab pernah berdakwah di wilayah ini. Letak Bengkulu yang strategis di jalur perdagangan internasional membuat Islam cepat menyebar melalui interaksi dagang dan pernikahan.
Misteri di Balik Rafflesia Arnoldii
Bunga Rafflesia arnoldii pertama kali ditemukan pada 1818 di Bengkulu. Namun, masyarakat lokal sejak lama menyebutnya “puso bunga” dan menganggapnya sebagai bunga keramat.