Sebelum pelaksanaannya, BPOM juga telah melakukan inspeksi kesiapan pada 6–7 Oktober 2025 untuk memastikan fasilitas dan prosedur memenuhi standar, mengingat vaksin ini termasuk kategori first-in-human.
Pada tahap uji klinik fase awal ini, penelitian akan melibatkan 36 subjek dewasa sehat berusia 18–49 tahun.
Fokus pengujian adalah menilai keamanan dan imunogenisitas vaksin, dengan masa pemantauan selama enam bulan setelah satu kali pemberian.
“Kami berharap uji klinik ini menghasilkan data yang kuat dan menjadi tonggak penting menuju kemandirian Indonesia dalam inovasi vaksin TB. Semoga upaya ini membawa manfaat besar bagi masyarakat Indonesia dan dunia,” katanya.
BACA JUGA:Dinas Pertanian Bengkulu Torehkan Prestasi Nasional, Capai Target LTT Tertinggi di Indonesia
Wakil Menteri Kesehatan Benjamin Paulus Octavianus juga menyampaikan dukungan penuh terhadap program nasional pengendalian TB.
“Saya mendapatkan mandat khusus dari Presiden Prabowo untuk menuntaskan persoalan TB di Indonesia. Dan sebagai ahli paru, saya merasa tertantang untuk menjalankan misi ini,” kata Benny.
Benny turut mengapresiasi kolaborasi lintas sektor yang melibatkan industri, akademisi, dan regulator dalam pengembangan vaksin inhalasi ini.
“Pengembangan vaksin TB dengan pendekatan inhalasi adalah sebuah lompatan penting bagi Indonesia. Kami sangat mengapresiasi kerja sama antara industri, akademisi, dan regulator. Pemerintah berkomitmen mempercepat inovasi yang dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa,” pungkasnya.
Uji klinik ini menjadi langkah awal yang sangat penting bagi pengembangan vaksin TB inovatif hasil kolaborasi CanSino Biologics Inc. dengan PT Etana Biotechnologies Indonesia, sekaligus menandai tekad Indonesia memperkuat posisi di bidang penelitian vaksin modern.