BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berlangsung di kawasan Pasar Minggu Kota Bengkulu, pada Rabu 26 November 2025, berujung pada kerusuhan dan bentrokan antara pedagang dan petugas Satpol PP.
Insiden ini menyebabkan sejumlah pedagang dan anggota Satpol PP mengalami luka-luka.
Ketua Perkumpulan Pedagang Pasar Minggu Bengkulu (P3MB), Edi Susanto, mengecam keras cara penertiban yang dinilai tidak manusiawi.
Ia mengungkapkan bahwa penertiban yang menggunakan kekerasan itu menyebabkan terjadinya bentrokan.
“Penertiban ini tidak ada peri kemanusiaan, sama seperti zaman PKI dulu, yang menggunakan kekerasan. Istri saya dicekik, banyak personil kami ditarik dan dijambak serta ada yang berdarah,” kata Edi.
BACA JUGA:Progres Belungguk Point Sudah 50 Persen, Siap Jadi Ikon Baru Kota
BACA JUGA:Aksi Penertiban PKL di Pasar Minggu Kembali Ricuh, Dua Anggota Satpol PP Terluka
Edi juga menyoroti kegagalan Pemerintah Kota Bengkulu dalam menyelesaikan persoalan PKL, serta ketidakmauan pemerintah untuk bertemu langsung dengan pedagang yang terdampak.
“Pemerintah sudah gagal. Dan unsur pimpinan tidak berani menemui kami,” tegas Edi.
Banyak pedagang menolak relokasi yang diusulkan oleh pemerintah, dengan alasan lokasi baru yang disediakan dianggap tidak layak dan terlalu jauh dari keramaian.
Mereka meminta pemerintah memindahkan mereka ke area parkir yang dekat dengan Mega Mall, yang dinilai lebih strategis.
Sejumlah pedagang perempuan juga melaporkan kekerasan fisik yang mereka alami selama penertiban.
Yeni, salah satu pedagang, mengaku dirinya dikeroyok oleh oknum petugas Satpol PP.
BACA JUGA:14 Orang Kuota Calon Jamaah Haji Mukomuko 2026, 10 Orang Dipastikan Siap Berangkat