Sistem Swakelola, 20 Kelompok Tani di Mukomuko Perbaiki Irigasi dengan Bantuan Rp200 Juta
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Mukomuko, Ir. Apriansyah, ST, MT,--Bayu/Rakyatbengkulu.com
MUKOMUKO, RAKYATBENGKULU.COM – Pemerintah Kabupaten Mukomuko terus memperkuat sektor pertanian sebagai pilar utama perekonomian daerah melalui berbagai program.
Salah satunya adalah Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI), yang bertujuan untuk memperbaiki jaringan irigasi dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan air untuk lahan pertanian.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Mukomuko, Ir. Apriansyah, ST, MT, menjelaskan bahwa program ini dilaksanakan dengan sistem swakelola.
Program ini melibatkan 20 kelompok tani yang tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Mukomuko sebagai penerima manfaat.
BACA JUGA:Penyandang Disabilitas di Bengkulu Diberdayakan Lewat Workshop UMKM dan Bantuan Modal Usaha
BACA JUGA:Pemprov Bengkulu Tegaskan Dukungan Penuh untuk Program Nasional 'Jaksa Garda Desa'
Setiap kelompok tani diberikan anggaran sebesar Rp200 juta untuk pembangunan dan perbaikan jaringan irigasi di wilayah mereka secara mandiri.
“P3-TGAI ini murni program swakelola. Pemerintah daerah, khususnya Dinas PUPR, hanya bertugas mengawasi dan memastikan pekerjaan berjalan sesuai ketentuan. Kita tidak turun langsung dari awal sampai akhir, karena seluruh pelaksanaannya berada di tangan kelompok tani,” jelas Apriansyah.
Dinas PUPR Kabupaten Mukomuko berperan dalam pengawasan dan pendampingan teknis, sementara pelaksanaan pekerjaan dilakukan sepenuhnya oleh kelompok tani melalui mekanisme padat karya.
Hal ini memastikan bahwa petani tidak hanya mendapatkan manfaat infrastruktur yang lebih baik, tetapi juga terlibat langsung dalam pembangunan.
BACA JUGA:Liverpool Jinakkan Real Madrid, Akhiri Rekor Tak Terkalahkan di Liga Champions 2025/2026
BACA JUGA:Bayern Munich dan Arsenal Kuasai Puncak Klasemen Liga Champions, PSG Tumbang di Kandang Sendiri
Apriansyah juga mengungkapkan bahwa berdasarkan pemantauan yang dilakukan, sebagian besar pekerjaan telah mencapai hasil yang sangat baik.
“Untuk progresnya saat ini, realisasi fisiknya sudah mencapai 100 persen. Dengan sistem padat karya, petani ikut bekerja dan mengawasi pekerjaan mereka sendiri. Ini bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga soal pemberdayaan masyarakat,” tegasnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


