Pemegang Rekor Nasional, Punya 5 Medali, Jualan Bubur, Mantan Atlet Nasional Ingin jadi Pelatih
Piter Hermanus (50), penjual bubur ayam dan soto di Jalan Nusa Indah tepatnya di depan kantor Camat Ratu Agung Kota. Profesinya sebagai pedagang biasa-biasa saja. Namun siapa sangka, kalau pria berusia setengah abad ini,ternyata dulunya adalah mantan atlit nasional Jalan Cepat, dan sudah meraih 5 medali. Simak liputannya.
IKSAN AGUS ABRAHAM, Kota Bengkulu
SEKILAS tidak ada yang menyangka jika Piter Hermanus, pria kelahiran Bengkulu 7 September 1970 ini, merupakan mantan atlit nasional pada cabang olahraga (Cabor) Jalan Cepat, yang berkali-kali mengharumkan nama Provinsi Bengkulu di kancah nasional. Prestasi terbaik ayah tiga anak ini adalah pemegang rekor nasional jalan cepat jarak 10 KM dengan catatan waktu 49 menit, 48 detik.
Saat itu Piter baru berusia 17 tahun. Prestasi itu diperoleh diajang Kejurnas Junior jalan cepat Juli 1987 di Jakarta dengan jumlah peserta sekitar 40 atlit seluruh Indonesia. Hebatnya catatan waktu Piter belum terpecahkan hingga sekarang, sehingga saat Organisasi Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Pusat membuat catatan, nama Piter akan abadi.
Sebelumnya pada tahun 1986 sekitar bulan Juli, Piter juga berhasil mengharumkan Bengkulu dengan merebut medali perak di kejuaraan jalan cepat region sumbagsel mencakup Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung dan, Provinsi Jambi. Prestasi lain yang tak kalah mengagumkan adalah berhasil memboyong pulang untuk Bengkulu 2 medali emas dalam ajang Porwil di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 1992.
Lantaran Berbakat Alumnus SMAN 2 Kota Bengkulu itu, akhirnya berhasil mengikuti babak prakualifikasi di Jakarta tahun 1992 untuk persiapan mewakili Indonesia dalam cabang olahraga jalan cepat di Pattaya Thailand. Namun sayang Piter harus mengundurkan diri karena saat itu ada penciutan atlit yang bertanding termasuk cabang olahraga yang akan diutus. “Dari sini saya sedikit frustasi,” ungkapnya di temui dilokasi berdagang kemarin (2/7).
Kekecewaan yang dialami Piter tidak berlangsung lama. Sebab setelah itu, datang pinangan dari Provinsi Lampung, dan Provinsi Riau untuk menjadi pelatih. Piter memilih tawaran dari Provinsi Riau, dan porfesi sebagai pelatih dijalaninya selama 6 bulan. Setelah enam bulan berlalu, melatih atlit-atlit Riau, Piter memutuskan pamit lantaran harus pulang ke Bengkulu, karena orangtua memanggilnya pulang. Alasannya, ayahnya sudah lanjut usia dan membutuhkan sosok yang dapat mengurusnya.
“Akhirnya saya pulang saja ke Bengkulu,” Kata Piter. Sebelum memutuskan gantung sepatu pada tahun 1996, Piter sempat merantau ke Negeri Ginseng Korea untuk bekerja di perusahaan swasta. Prestasi terakhir sebelum pensiun dari atlit Piter kembali menunjukkan prestasi terbaiknya dalam Event Pekan Olaharaga Mahasiswa Nasional (POMNAS) di Makasar Tahun 1996 dengan berhasil memboyong pulang medali emas untuk almamater Universitas Bengkulu kebanggaannya.
Kini di sela usianya yang mulai menua Piter masih bersedia menjadi pelatih untuk atlit Bengkulu, jika ingin berprestasi di kancah olahraga jalan cepat. Ia yakin bibit-bibit di Bengkulu, sangat banyak dan bisa mendapat prestasi lebih tinggi lagi dari yang pernah diperoleh. Meski mengaku tidak punya sertifikat pelatih, tetapi pengalaman sebagai atlit nasional sudah lebih dari cukup.
Tak itu saja, kini Piter, yang beristrikan Amel Diana yang merupakan darah keturunan Betawi serta pintar memasak ini, berdagang bubur ayam dan soto sejak Januari 2020. Baginya pekerjaan itu dilakukan apa saja yang penting halal untuk mencukup kebutuhan rumah tangga. Satu hal yang diingat selama menjadi atlit Provinsi Bengkulu, dirinya cukup puas dengan perhatian Pemerintah terutama saat era gubernur Soeprapto dan berlanjut hingga ke era Razie Yachya.
“Kala itu setiap latihan sang gubernur hadir, sekaligus ransum dan nutrisi selalu diperoleh,” tutupnya. (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: