HONDA

SAYONARA LIN DAN

SAYONARA LIN DAN

LIN DAN akhirnya resmi mengumumkan pensiun 4 Juli lalu. Ini menandai berakhirnya era big four kings dalam percaturan bulutangkis dunia selama kurang lebih dua dasawarsa. Lin Dan menyusul tiga kompatriotnya yaitu Lee Chong Wei (Malaysia), Taufik Hidayat (Indonesia) dan Peter Gade (Denmark) yang lebih dulu gantung raket. Mereka berempat dijuluki big four kings atau fantastic four karena dianggap memiliki magnet bagi bulutangkis. Silih berganti mereka merajai panggung bulutangkis dunia di era awal 2000 hingga setidaknya sampai 2018.

Lin Dan kelahiran 1983 memutuskan pensiun pada usia 37 tahun. Tidak banyak pebulutangkis yang mampu bertahan di usia mendekati kepala empat. Diantara yang jarang tersebut ya termasuk jajaran big four. Lee Chong Wei (kelahiran 1982) saat pensiun tahun 2019 berusia 36 tahun, Taufik Hidayat (kelahiran 1981) pensiun usia 32 tahun pada 2013 dan Peter Gade (kelahiran 1976) pensiun usia 36 tahun pada 2012.

Bila diibaratkan dunia militer, Lin Dan adalah prajurit istimewa. Dia adalah “Rambo” nya bulutangkis yang selalu memenangkan pertempuran hebat. Di atas lapangan namanya ditakuti. Dia hampir selalu menang pada final kejuaraan-kejuaraan bergengsi. Bermain dengan tangan kidal, Lin Dan sulit dikalahkan. Menonton dia bermain, apalagi sesama big four adalah hiburan tersendiri. Smash menyilang sambil melompat adalah senjatanya. Dipadu dropshort tajam dan permainan netting yang sangat tipis. Mulut penonton membentuk huruf O ketika berdecak kagum menyaksikan pukulan-pukulan tipuan ala Lin Dan. Sulit lawan mencari kelemahan suami Xie Xingfang tersebut. Adu drive atau reli sama baiknya. Dia juga pembelajar yang baik dari setiap kekalahan.

Duelnya sesama big four selalu ditunggu-tunggu. Pertemuan Lin Dan Vs Lee Chong Wei misalnya sudah dianggap seperti el clasico dalam sepakbola. Begitu juga Lin Dan Vs Taufik Hidayat atau Lin Dan Vs Peter Gade. Menonton big four dengan pengalaman segudang dan teknik menawan memang berbeda.

Skill permainannya selaras dengan prestasinya. Tidak ada pebulutangkis yang tampil sangat konsisten dalam rentang waktu kurang lebih 20 tahun. Teknik dan stamina sama bagusnya. Dilihat dari sisi skill dan prestasi, tidak diragukan lagi bahwa Lin Dan adalah tunggal putra terbaik yang pernah ada di dunia. Dia adalah perpaduan Yang Yang dan Zhao Jianhua, dua pebulutangkis kidal Cina yang juga pernah menguasai bulutangkis dunia era 1980-an dan awal 1990-an.

Yang Yang juara dunia 1987 dan 1989. Zhao juara dunia 1991. Tapi Lin Dan lebih hebat lagi. Dia merengkuh lima titel juara dunia tahun 2006, 2007, 2009, 2011 dan 2013. Tidak ada satu pemain pun di planet bumi ini yang bisa menyamai apalagi melampaui capaian Lin Dan tersebut.

Kekuatan otot dan fisik merupakan kelebihan Lin Dan. Dia adalah Usain Bolt-nya bulutangkis. Kuat dan cepat. Usain Bolt menyabet medali emas olimpiade nomor lari 100 dan 200 Meter berkat ditunjang kekuatan otot dan fisik prima. Pelari asal Jamaika itu meraih emas 100 dan 200 M putra Olimpiade Beijing 2008, London 2012 dan Brasil 2016.

Lin Dan meraih medali emas tunggal putra Olimpiade Beijing 2008 dan London 2012. Pada Olimpiade Brasil 2016, Lin Dan nyaris mengikuti jejak Bolt mencetak hattrick medali emas olimpiade. Bertemu musuh bebuyutan Lee Chong Wei di semifinal, Lin Dan diprediksi bakal kembali menang. Sebagaimana dia mengatasi Chong Wei pada dua edisi olimpiade sebelumnya. Setelah berbagi skor 1-1 pada dua game awal, suporter Cina sangat yakin menang game ketiga. Apalagi setelah Lin Dan menyamakan kedudukan 20-20 setelah sempat ketinggalan 18-20. Namun dewi fortuna kali itu berpihak pada Lee Chong Wei. Dia meraih dua angka terakhir dan menutup pertandingan 22-20.

Kesamaan Lin Dan dan Usain Bolt yang lain adalah sama-sama pemegang rekor yang diperkirakan sulit dipecahkan. Bolt adalah pemegang rekor dunia lari 100 M dan 200 M sekaligus dengan catatan waktu 9,58 detik dan 19,19 detik. Dia memperbaiki catatan rekor atas namanya sendiri hingga tiga kali. Sedangkan Lin Dan pemegang rekor lima kali juara dunia dan dua kali juara olimpiade tunggal putra. Ditambah enam kali juara All England. Prestasi Lin Dan tersebut jauh melampaui prestasi pebulutangkis manapun termasuk legenda Indonesia Taufik Hidayat. Menantu Agum Gumelar itu hanya sekali meraih juara dunia (2005) dan sekali meraih emas olimpiade (Athena 2004).

Khusus juara All England, Lin Dan masih kalah dengan legenda Indonesia lainnya, Rudi Hartono yang meraih 8 gelar juara All England. Tujuh gelar diantaranya diraih Rudi secara beruntun. Dengan catatan 6 kali juara All England, hanya Lin Dan yang paling dekat memecahkan rekor Rudi Hartono. Lee Chong Wei hanya empat kali. Peter Gade satu kali juara. Taufik tak pernah juara All England. Namun dengan berakhirnya era big four, rekor Rudi Hartono diperkirakan semakin sulit dipecahkan.

Dibanding dua anggota big four lainnya Lin Dan lebih superior lagi. Lee Chong Wei hanya meraih medali perak di tiga olimpiade (2008, 2012 dan 2016). Langkah Chong Wei selalu mentok di final. Dua kali oleh Lin Dan dan sekali oleh Chen Long. Sedangkan Peter Gade hanya meraih perak kejuaraan dunia.

Meski hanya sebatas perak olimpiade, Lee Chong Wei merajai superseries. Dia merebut 47 gelar juara juara super series sepanjang karir dan 69 gelar juara. Yang fenomenal, Chong Wei meraih 715 kemenangan. Tertinggi dari _big four_ lainnya. Lin Dan mencatat 665 kemenangan, Peter Gade 524 kemenangan dan Taufik 413 kemenangan.

Namun diantara gemerlap prestasi Lin Dan, ada satu yang kurang. Apa? Dia tidak pernah bisa juara Indonesia Open. Lin Dan sendiri heran, mengapa dia selalu gagal di Indonesia. Dia seperti dikutuk di Indonesia Open. Bahkan untuk sekedar masuk semifinal pun tak mampu.

Meskipun selalu gagal menaklukkan keangkeran Istora Senayan, namun hal itu tidak menutupi kebesaran namanya di dunia bulutangkis. Dia tetaplah legenda sebagaimana Taufik Hidayat, Lee Chong Wei dan Peter Gade. Sayonara Lin Dan. Sejumlah nama berpotensi menjadi big four kings berikutnya. Ada Chen Long (Cina) kelahiran 1989, Kento Momota (Jepang) kelahiran 1994, Viktor Axelsen (Denmark) kelahiran 1994 dan Anthony Ginting (Indonesia) kelahiran 1996 dan Shi Yuqi (Cina) kelahiran 1996. Kita tunggu.

(Oleh: Zacky Antony. Penulis adalah Wartawan Senior yang juga Ketua PWI Provinsi Bengkulu)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: