Klaim JHT di Indonesia Melonjak, Imbas dari Pandemi Covid-19
BENGKULU - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) bekerja sama dengan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) dan Friedrich Ebert Stiftung (FES), sukses menggelar Webinar Jaminan Sosial di Era Pandemi seri dua dengan tema Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Kegiatan digelar Rabu (26/8) dengan diikuti 91 peserta dari berbagai provinsi di Indonesia yang ikut berpartisipasi, baik melalui layanan konferensi video berbasis Cloud Computing (Zoom) maupun situs web berbagi video YouTube.
Iene Muliati, anggota DJSN yang hadir menjadi narasumber dalam webinar menyebutkan hingga Mei 2020, tercatat sudah ada 49,86 juta pekerja yang menjadi peserta BPJS-TK dari 663.119 pemberi kerja atau badan usaha. Angka ini masih belum sepenuhnya mencakup jumlah tenaga kerja Indonesia yang berpotensi menjadi peserta yakni sebanyak 90,9 juta jiwa.
"Jadi masih banyak pekerja kita yang belum terproteksi," kata Iene.
Padahal, kata Iene, akibat pandemi Covid-19, telah ada lebih dari 5,8 juta orang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari berbagai sektor. "Dampak dari inilah yang memicu lonjakan kenaikan klaim JHT (Jaminan Hari Tua)," ujar Iene.
Menurut Direktur Perencanaan Strategis dan Teknologi Informasi BPJS Ketenagakerjaan Sumarjono dari data mereka setidaknya hingga Juni 2020 memang sudah ada 284.488 orang pekerja yang telah melakukan pencairan JHT, atau jika dirinci ada lebih dari 9,400 orang yang melakukan klaim JHT di seluruh Indonesia dalam sehari.
"Berdasarkan klasifikasi klaim JHT, sebanyak 78 persen adalah mereka yang mengundurkan diri, sisanya 20 persen PHK dan baru yang lainnya," beber Sumarjono.
Sejauh ini, Sumarjono mengaku, untuk mengoptimalkan pelayanan selama pandemi Covid-19, pihaknya telah merancang sebuah layanan khusus bernama Lapak Asik (Layanan Tanpa Kontak Fisik) agar pengguna tetap dapat menikmati layanan klaim JHT mereka.
"Jadi ada tiga pola yang diterapkan di Lapak Asik, yakni layanan klaim online, kolektif perusahaan dan layanan offline di kantor cabang," kata Sumarjono.
Dengan itu, ia berharap, layanan itu tetap dapat membantu para pekerja yang terdampak Covid-19. Termasuk pula membantu para pemberi kerja dengan kebijakan relaksasi iuran.
Webinar nasional yang difasilitasi AJI Bengkulu dengan supervisi AJI Indonesia ini, berlangsung selama dua jam dan menjangkau hampir ke seluruh Indonesia. Acara ini melibatkan beragam kalangan dari jurnalis, akademisi, mahasiswa, hingga ke masyarakat umum.
Event ini merupakan sesi kedua dari empat diskusi webinar yang akan digelar. "Dan khusus sebagai apresiasi kami bagi jurnalis. AJI juga akan memberikan beasiswa liputan mengenai isu jaminan sosial untuk jurnalis yang berminat," kata Ketua AJI Bengkulu Harry Siswoyo.
Untuk teknisnya, AJI akan memilih 25 proposal liputan yang terbaik untuk diseleksi. Baru kemudian selama proses peliputan dan penulis, jurnalis terpilih akan mendapatkan pendampingan (mentoring) dari AJI Indonesia. (rls)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: