HONDA

Jokowi Minta Pembatasan Berskala Lokal

Jokowi Minta Pembatasan Berskala Lokal

JAKARTA – Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta memang sudah diterapkan per kemarin (14/9). Meskipun demikian, pemerintah pusat masih mengisyaratkan perbedaan pendapat dengan DKI meskipun secara lisan membantah hal tersebut. PSBB menjadi salah satu hal yang dibahas dalam rapar kabinet terbatas virtual yang dipimpin Presiden Joko Widodo kemarin.

Dalam ratas, Presiden menyatakan bahwa strategi pemerintah pusat adalah intervensi berbasis lokal. ’’Strategi pembatasan berskala lokal, baik itu di tingkat RT, RW, di tingkat desa, di tingkat kampung,’’ terangnya. Sehingga penanganannya bisa lebih detail dan fokus. Dia meminta manajemen penanganan secara  lokal ditingkatkan terutama di delapan provinsi utama yang kasusnya paling banyak. Itu artinya termasuk DKI Jakarta.

Jokowi beralasan, dalam satu provinsi belum tentu semua kabupaten/kota-nya berada di zona merah. Begitu pula di kabupaten/kota, belum tentu semua kelurahan/desa-nya merah. Masing-masing wilayah perlu penanganan yang berbeda-beda. ’’Jangan buru-buru menutup sebuah wilayah, menutup sebuah kota, menutup sebuah kabupaten,’’ lanjut Jokowi.

Meskipun demikian, presiden juga mengakui bahwa kasus Covid-19 di Indonesia memang tidak kunjung turun. Sebaliknya, makin meningkat. ’’Per 13 September, rata-rata kasus aktif di Indonesia 25,02 persen atau sedikit lebih tinggi dari rata-rata kasus aktif dunia yang mencapai 24,78 persen,’’ urai presiden. Padahal, belum lama ini kasus aktif di Indonesia masih di angka 23 persen.

Demikian pula dengan tingkat kesembuhan Indonesia yang belum lama ini masih di atas rata-rata dunia. Saat ini, tingkat kesembuhan di Indonesia sudah berada di angka 71 persen. Sehingga lebih rendah dari rata-rata global yang 72 persen.

Karena kasus positif meningkat, persentase kematian turun menjadi 3,99 persen. Namun tetap saja lebih tinggi dari rata-rata global di angka 3,18 persen. Ada empat provinsi dengan tingkat fatalitas tinggi di atas 6 persen. yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, dan Bengkulu.

Sementara itu, Menkes Terawan Agus Putranto menjelaskan, pihaknya mengantisipasi kemungkinan semakin tingginya kasus Covid-19 aktif. Khususnya dalam hal kebutuhan tenaga kesehatan untuk merawat pasien. Dia mengklaim masih ada sejumlah tenaga kesehatan yang bisa dikerahkan bila sewaktu-waktu diperlukan.

Terawan menuturkan, saat ini total relawan tenaga kesehatan dan internship yang sudah ditempatkan berjumlah 16.286 orang. Mereka tersebar di berbagai RS rujukan Covid-19 dan laboratorium kesehatan. ’’Masih ada 3.500 dokter internship, 800 tenaga nusantara sehat, dan tenaga relawan 685 orang,’’ terangnya. Mereka siap diperbantukan bila memang memerlukan tambahan personel tenaga kesehatan.

Selain itu, pihaknya menyiapkan sejumlah lokasi isolasi tambahan di berbagai provinsi yang tingkat penularannya masih tinggi. Di DKI Jakarta saja, ada sekitar 8.600 bed yang disiapkan khusus untuk isolasi mandiri bagi mereka yang tanpa gejala.

Terdiri dari tower 4 dan 5 wisma atlet Kemayoran dengan kapasitas total 4.944 bed. Kemudian Balai Pelatihan kesehatan (Bapelkes) Ciloto 653 bed, dan 10-15 hotel bintang 2 dan 3 dengan daya tampung sekitar 3.000 bed. ’’Jumlah hotel ini dapat ditambah menjadi 15-30 hotel jika diperlukan,’’ terangnya di kantor presiden kemarin.

Bed yang sudah terisi baru ada di tower 5 Wisma Atlet, sebanyak 81 pasien. Di luar Jakarta, kebijakan serupa akan diterapkan. Yakni menggunakan bapelkes dan hotel untuk cadangan, khususnya bagi para OTG. Misalnya Bapelkes Batam dan Makassar.

Kemudian, bagi yang bergejala ringan sampai berat, tentu akan dirawat di ruang isolasi lain. baik di RS maupun Wisma atlet. menggunakan tower 6 dan7 dengan kapasitas total 4.218 bed. Saat ini sudah terisi 1.637 bed.

Bagi pasien covid-19 bergejala sedang, masih terdapat ruang isolasi pasien yang kosong dengan kapasitas 1.088 dari 4.271 tempat tidur. ’’Dalam beberapa hari ke depan ruang isolasi ini akan ditambah sebanyak 1.022 tempat tidur,’’ lanjut mantan Kepala RSPAD Gatot Soebroto itu. Sehingga totalnya menjadi 5.293 tempat tidur.

Sedangkan pasien covid-19 dengan gejala berat memerlukan ruang ICU untuk perawatan. Saat ini masih ada 115 dari 584 bed ICU yang kosong. Dalam beberapa hari ke depan dapat ditambah 138 tempat tidur sehingga total menjadi 722 untuk ruang ICU.

Menanggapi klaim Terawan soal tenaga kesehatan, Ketua Tim Mitigasi PB IDI dr Adib Khumaidi SpOT mengingatkan bahwa jumlah dokter di Indonesia terendah kedua di Asia Tenggara. 1 dokter melayani 2500 orang. Kematian satu dokter akan membawa dampak untuk sekitar 2500 orang.

Untuk dokter spesialis lebih rendah lagi rasionya, yakni 0,13 persen per 1000 penduduk. ”Selain itu, distribusi tenaga medis dan tenaga kesehatan juga terkonsentrasi di Jawa dan kota-kota besar,” ungkapnya.

Jika sekarang ada 115 dokter yang meninggal karena Covid-19, Adib menjelaskan, ada sekitar 300 ribu orang yang akan kehilangan pelayanan. Belum lagi jika menghitung kematian dokter gigi dan perawat. ”Dokter adalah aset bangsa, investasi untuk menghasilkan dokter dan dokter spesialis sangat mahal. Kehilangan dokter tentunya akan dapat berakibat  menurunnya kualitas pelayanan bagi rakyat Indonesia,” kata Adib.

Dia berharap perlu ketegasan pemerintah untuk membuat langkah-langkah konkret dalam upaya perlindungan dan keselamatan bagi para dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Adib mencontohkan, upaya konkret itu bisa melalui pembentukan Komite Nasional Perlindungan dan Keselamatan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan. Lembaga tersebut bertugas mengintegrasikan seluruh stakeholder kesehatan untuk fokus dalam upaya perlindungan dan keselamatan serta upaya-upaya pengawasan nya .

Kerja sama pun dibutuhkan. Kebutuhan dokter menjadi pekerjaan rumah bagi organisasi profesi dan perhimpunan-perhimpunan spesialis. Mereka dapat menjamin proporsi pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Sementara itu, pemerintah menekankan bahwa kasus aktif di berbagai daerah sudah mulai menurun. Jubir Pemerintah Untuk Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro mengungkapkan, hingga 14 September kemarin, pasien sembuh bertambah sebanyak 3.395 sehingga kesembuhan total nasional mencapai 158.405 orang.

Menurut catatan data dari Satgas Penanganan Covid-19, jumlah kesembuhan memang meningkat cukup signifikan. Pada hari sebelumnya yakni 13 September 2020, prosentase kasus sembuh sempat turun ke angka 71 persen. Namun meningkat kembali ke angka 71,5 persen kemarin.

Jumlah kasus sembuh tertinggi berada di DKI Jakarta dengan 1.494 orang. “Recovery-rate nya 71 persen. Ini cukup tinggi.  Artinya 7 diantara 10 orang sudah sembuh,” kata Reisa. Sementara itu, pertambahan kasus positif juga masih tinggi, yakni sebanyak 3.141 orang sehingga total akumulatifnya 221.523 kasus.

Reisa menjelaskan, jika melihat perkembangan terakhir, kasus aktif justru mengalami penurunan di berbagai tempat. Secara nasional, kasus aktif adlaah 54.277 orang. Turun dari sehari sebelumnya yakni 54.649 orang.

Data ini kata Reisa, melihat pada beberapa daerah dengan kasus aktif terbanyak. Kasus aktif tertinggi masih berada di DKI Jakarta dengan 11.436.  ”Jumlah ini mengalami penurunan dari sehari sebelumnya 12.078 kasus,” kata Reisa.

Dilanjutkan dengan Jawa Barat dengan 6.443 kasus aktif. Naik dari sehari sebelumnya 6.404 kasus. Yang ketiga adalah Jawa Tengah dengan kasus aktif 5.439 persen. Menurun dari hari sebelumnya  5.518 orang. jumlah kasus aktif sangat fluktuatif.

Reisa juga menambahkan, Berdasarkan keterangan dari Kemenkes, keterisian rumah sakit atau  Bed Occupancy Ratio (BOR) di seluruh indonesia saat ini dalam kondisi aman dapat mengantisipasi lonjakan 20 persen. Sesuai dengan ketentuan dari WHO. “Tapi tentu kita tidak menginginkan hal tersebut,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo memperingatkan pada daerah-daerah agar tidak lengah. Saat ini, 8 provinsi yang menjadi perhatian pemerintah yakni DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Kalsel, Sulsel dan Papua perkembangannya belum cukup menggembirakan.

Meski demikian, Doni menyebut bahwa Papua mengalami penurunan kasus yang menyolok. Sulawesi Selatan meskipun pernah tumbuh cukup tinggi saat ini sudah mulai terkendali.  ”Namun ada beberapa daerah yang selama ini tenang-tenang sekarang sudah mulai ada peningkatan, seperti Kalimantan Timur dan Provinsi Bali,” kata Doni.

Doni menyebut, secara umum Provinsi Bali sudah sangat bagus. Namun dalam beberapa hari terakhir tren angka kasus positif meningkat. ”Daerah-daerah yang mengalami peningkatan harus ada kerjasama dengan berbagai komponen. Pamerintah jangan kerja sendirian,” pungkas Doni. (byu/lyn/tau)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: