HONDA

Komunitas Plogging Bengkulu, Berolahraga Sembari Pungut Sampah

Komunitas Plogging Bengkulu, Berolahraga Sembari Pungut Sampah

Olahraga sambil memungut sampah sedang tren di Bengkulu. Kegiatan yang biasa disebut Plogging ini, pertama kali diketahui berasal dari Swedia hingga akhirnya menyebar ke seluruh negara. Di Bengkulu, komunitas Plogging telah dibentuk Februari 2020 lalu. Komunitas ini rutin 4 kali sepekan beraksi. Lokasinya seperti di Benteng Marlborough, ikon wisata Pantai Panjang. Berikut liputannya.

IKSAN AGUS ABRAHAM, Kota Bengkulu

KOMUNITAS ini pembentukannya sederhana saja. Tidak ada aturan ketat layaknya organisasi. Asal satu visi yakni punya hobi berolahraga sambil memelihara kebersihan dan keindahan. Usia juga tidak menjadi soal, termasuk jenis kelamin bisa bergabung menjadi anggotanya. Agar mudah mengomunikasikan kegiatan, aplikasi grup WhatsApp diandalkan sebagai wadah berkumpul dan menyebarkan informasi titik-titik lokasi yang akan dibersihkan.

Semua kegiatan didokumentasikan dan diupload ke medsos komunitas dengan nama Plogger Bengkulu baik di Instgram (IG) dan YouTube. Ketua Komunitas Plogging M. Bhima Eka Putra mengatakan hingga kini telah terdaftar 80 anggota aktif dari berbagai kalangan. Mereka mulai dari usia muda sampai lanjut usia.

Tak ada perbedaan anggota komunitas siapa saja boleh bergabung, asal memiliki hobi jalan kaki (jogging) sambil mengambil sampah utamanya plastik.  Tidak heran anggota komunitas ini banyak diikuti lintas profesi dari pelajar, mahasiswa, dosen, anggota DPR, wartawan, ASN.

“Dalam seminggu kita turun ke lokasi sesuai hari dan lokasinya yakni Sabtu, Selasa, Rabu dan Jumat di pagi hari,” jelasnya kepada Rakyat Bengkulu.

Komunikasi tetap mengandalkan grup WA, setelah semua anggota setuju, satu persatu berangkat ke lokasi yang sudah ditetapkan. Para anggota tak perlu membawa alat-alat sebab pengurus alias tetua komunitas akan menyediakannya seperti tongkat kayu yang diikatkan paku tajam ke ujungnya sebagai alat untuk mengambil sampah dengan cara ditusukan ke ujung paku.

Setelah itu  plastik yang telah menempel dipaku diambil, dan dimasukkan ke kantong kresek atau kotak sampah yang dibawa saat berjalan kaki. Bhima sangat menggemari komunitas ini, sebab dukungan masyarakat  begitu besar kepada kegiatan mereka. Tidak jarang warga atau pedagang kaki lima yang ada di lokasi saat mereka beraksi spontan membantu ikut membersihkan lahan yang dikotori sampah plastik, termasuk memberi makanan dan minuman seadanya.

“Kami senang sekali masyarakat menyambut kegiatan ini,” pungkasnya. Tak jarang juga komunitas lain atau klub-klub yang bersamaan sedang berolaharga juga tergerak membantu. “Klub-klub olahraga seperti karate sering membantu kami,” pungkasnya.  (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: