HONDA

Cerita Zairin; Petugas Pemulasaran Jenazah Covid-19 di RSUD M Yunus Bengkulu, Berwudhu Sebelum Pakai APD, Rasa

Cerita Zairin; Petugas Pemulasaran Jenazah Covid-19 di RSUD M Yunus Bengkulu, Berwudhu Sebelum Pakai APD, Rasa

Petugas medis yang penting melaksanakan penanganan untuk pasien yang terpapar corona virus disease 2019 (Covid-19) di RSUD M Yunus (RSMY) Bengkulu adalah petugas pemulasaran jenazah. Tugas mereka melaksanakan fardu kifayah hingga jenazah siap untuk dimakamkan. Seperti apa perjuangan berat mereka? 

HASRUL, Rakyat Bengkulu

SALAH satu petugas pemulasaran jenazah, Zairin, S.Sos selama ini memang sudah bertugas di ruang visum et revertum dan juga petugas di Ruang Kamboja atau ruang mayat RSMY Bengkulu. Selama ini, mengurus mayat dalam berbagai kondisi memang sudah biasa dilakukan dan sudah tidak ada ketakutan serta kekhawatiran lagi baginya. Bahkan, tugas tersebut sudah dia emban sejak tahun 2003 lalu. Sekarang dia mengemban tugas sebagai penanggung jawab ruang jenazah.

Kendati sudah biasa mengurus jenazah baik meninggal karena sakit, meninggal karena kecelakaan dan juga melakukan visum mayat yang ditemukan dalam kondisi sudah membusuk (dalam suatu kasus), namun tak setakut atau khawatir ketika di awal Maret 2020 lalu, saat mulai merebaknya Covid-19. Wabah ini sangat ditakutkan, termasuk juga petugas pemulasaran, tentunya bersentuhan langsung dengan pasien yang sudah meninggal.

Diceritakan Zairin, rasa takut dan khawatir itu pasti ada dan itu manusiawi. Namun, ketakutan tersebut hilang ketika rasa tanggung jawab atas pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan ikhlas. Bahkan, di awal dulu usai melaksanakan tugas, mereka sempat dikarantina selama 14 hari dan tentunya hal itu tidak bertemu dengan keluarga. “Kita takut, tapi kalau ikhlas rasa takut habis. Ini harus kita hadapi, kalau sudah kena juga, sudah resiko pekerjaan,” kata pria berusia 49 tahun yang baru saja berulang tahun pada 10 Oktober 2020 lalu ini.

Bahkan, sekarang setelah pelaksanaan tugas, dirinya saat tiba di rumah tidak dulu bergabung dengan anggota keluarga alias harus menjaga jarak. Terlebih di lingkungan keluarga juga masih terdapat anak kecil. “Sekarang harus pintar-pintar kita jaga jarak dulu, kan masih ada juga anak kecil di rumah, kita khawatir juga kan,” terangnya.

Sejak awal kasus pada Maret hingga Oktober 2020 ini, sudah puluhan jenazah yang dimakamkan. Baik yang berstatus positif Covid-19 ataupun yang dimakamkan sesuai protokol Covid kendati statusnya masih (kalau dulu) Pasien Dalam Pengawasan (PDP) atau Orang Dalam Pemantauan (PDP). “Alhamdulillah sampai sekarang kita petugas pemulasaran jenazah belum ada yang terkena, mudah-mudahan, jangan sampai terkena,” tambah pria berbadan gempal tersebut sembari menambahkan jika selain dirinya ada 6 petugas pemulasaran jenazah lainnya.

Dalam melakukan tugas, mereka tetap menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap seperti baju hazmat, topi, masker, sepatu, sarung tangan dan APD lainnya yang dibutuhkan. Pemulasaran jenazah, katanya, biasanya dilakukan paling lama selama satu jam.

Selama itu pula, seluruh aktifivas lain harus ditahan. Misalnya saja harus menahan buang air kecil. Termasuk juga buang angin juga harus ditahan karena memang sebelum menggunakan APD mereka sudah mengambil wudhu karena dalam proses pemulasaran juga termasuk menyalatkan jenazah hingga jenazah siap untuk dimakamkan.

“Sebelum pakai APD kita ambil wudhu dulu, karena saat pemulasaran kita juga harus menyalatkan, tapi kalau ada keluarga yang mau menyalatkannya, kami persilakan,” kata Zairin yang dikenal akrab dengan kalangan wartawan yang ngepos di RSUD M Yunus ini.

Di akhir ceritanya, Zairin berharap agar para petugas pemulasaran yang saat ini sedang berjuang dan sebagai bagian dari penanganan Covid-19 juga lebih mendapat perhatian dari pemerintah. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: