Sekolah di Trans Batu Ampar Kurang Perhatian
KEDURANG – Lokasi Transmigrasi di Desa Batu Ampar, Kecamatan Kedurang kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Saat ini Trans Batu Ampar memiliki satu gedung SDN untuk menampung kelas satu hingga enam. SD ini masih menginduk ke SDN 68 Batu Ampar. Warga trans tersebut merasa kurang diperhatikan dalam pendidikan dan meminta sekolah mandiri atau tidak lagi menginduk. Untuk menuju Trans Batu Ampar memakan waktu hingga 40 menit menggunakan kendaraan. Namun apabila kondisi hujan sangat tidak mungkin kendaraan bisa masuk karena jalan yang sangat curam dan tebing. Inilah yang membuat pendidikan di Trans Batu Ampar kurang diperhatikan oleh pemerintah daerah. Ruang kelas di SDN Trans Batu Ampar hanya dalam satu gedung yang sangat kecil, dan dibagi tiga ruangan. Saat proses belajar, murid secara bergantian mendapatkan pelajaran dari guru. Untuk tenaga pendidik, hanya memiliki empat orang guru honorer. Dua orang dari luar trans dan dua orang asli warga trans. Di Trans Batu Ampar sendiri memiliki 25 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 10 warga lokal dan 15 warga dari Pulau Jawa. Dikatakan salah satu guru honorer yang mengajar di Trans Batu Ampar, Nurkholis, saat ini sarana di gedung sekolah tempat ia mengajar sangat kekurangan. Mulai dari buku hingga ruangan. Menurutnya, karena sekolah masih menginduk dengan SDN 68 Desa Batu Ampar, sehingga apapun bantuan tidak mudah didapatkan oleh pihaknya. “Kami butuh sekolah ini mandiri, tidak menginduk lagi ke Desa Batu Ampar. Saat ini kami banyak kekurangan untuk memaksimalkan belajar mengajar,” kata Nurkholis. Ditambahkan tenaga pengajar honore lainnya, Anisti, sejak didirikan tahun 2019 lalu fasilitas yang didapatkan murid dan guru sangat minim. Saat ini jumlah murid 12 orang. Diantaranya tiga orang murid kelas enam akan menghadapi ujian nasional pada bulan Mei mendatang. Sedangkan buku untuk belajar masih sangat kurang. “Kalau untuk honor, kami dari Dinas Disnakertrans selama dua tahun ini selalu dirapel. Yang kami butuhkan buku untuk belajar siswa. Kadang kami patungan untuk beli buku,” bebernya. Menanggapi hal ini, Dinas Perpustakaan dan Arsip akan memperjuangakan buku para murid tersebut. “Terutama buku siswa yang akan ujian, kami akan datangkan, kelas enam harus siap ujian. Itu langkah pertamanya yang akan kami lakukan,” kata Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip BS, Hj. Srigusti Sabana, SH.(tek)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: