HONDA

Entry Point Ekowisata Batu Ampar Didatangi Puluhan Wisatawan

Entry Point Ekowisata Batu Ampar Didatangi  Puluhan Wisatawan

KEPAHIANG – Baru hitungan pekan Desa Batu Ampar, Kecamatan Merigi mendeklarasikan diri menuju desa ekowisata pertama di tanah Rejang, sudah puluhan pengunjung yang datang ke desa dengan luas 791,94 hektare tersebut. Bahkan beberapa pengunjung diantaranya menikmati libur panjang pekan ini, dengan menginap di desa tersebut selama 2 hari 3 malam. Beberapa pengunjung yang hadir diantaranya dari Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Bengkulu, Komunitas Plogger Bengkulu, dan sejumlah pengunjung lainnya. Bahkan tak hanya bermalam, para pengunjung pun menikmati seluruh potensi wisata yang ada di desa tersebut, baik potensi sumber daya alam hingga potensi kuliner, serta keramahan sosial kemasyarakatan di desa dengan jumlah penduduk 695 jiwa itu. Kepala Desa Batu Ampar, Harwan Iskandar mengungkapkan, kedatangan para pengunjung tersebut selain karena ingin berlibur, juga untuk memenuhi rasa penasarannya terhadap potensi Desa Batu Ampar yang belakangan mulai gencar dipromosikan masyarakat desa dan sejumlah mitra desa, baik di media massa maupun di media sosial. “Banyak hal yang dimiliki desa ini, mulai dari sumber daya alam, kuliner, kerajinan, hingga kearifan lokal masyarakatnya. Potensi-potensi ini menurut kami merupakan peluang untuk mengembangkan promosi desa, salah satunya melalui konsep ekowisata yang saat ini sedang kami bangun,” terang Harwan. Kendati saat ini sedang merintis konsep ekowisata, namun Harwan mengatakan, jika nantinya konsep tersebut berjalan sesuai harapan, maka Desa Batu Ampar merupakan desa pertama yang menjadi desa ekowisata di tanah Rejang. Ada beberapa potensi utama yang akan dibangun dari konsep pembangunan ekowisata ini, pertama air terjun Donok yang sebelumnya akses menuju ke wisata ini belum dibangun, saat ini sudah dibangun untuk memudahkan para pengunjung menikmati keunikannya. Kemudian ada potensi kuliner dan kerajinan, seperti peyek daun kopi, stik unji, stik rebung, kopi bubuk, gula aren, dan berbagai macam kerajinan berbahan dasar dari desa seperti kerajinan bambu, anyaman dan kerajinan kayu. Bahkan untuk menunjang para pengunjung yang datang ke desa, pihak desa juga sudah menyiapkan homestay dengan memanfaatkan rumah warga dan tempat yang dibuat khusus untuk pengunjung bermalam. “Terakhir adalah aktivitas sosial ekonomi masyarakat merupakan salah satu destinasi yang akan disajikan dalam konsep ekowisata ini, seperti memetik kopi bersama petani, mengolah gula aren, membuat rebung bamboo menjadi penganan, membuat peyek daun kopi, dan bermain bersama anak-anak desa dengan permainan tradisional desa,” beber Harwan. Bahkan untuk menunjang konsep ekowisata tersebut, saat ini pemerintah desa Batu Ampar bahkan sudah membuka tarif paket wisata, mulai dari harga Rp 150 ribu per orang (paket 1 hari), Rp 450 ribu per orang (paket 2 hari 1 malam), dan paket Rp 650 ribu per orang (3 hari 2 malam). “Setiap paket tentunya akan menyajikan menu wisata yang berbeda, namun sejatinya tetap memberikan kepuasan kepada pengunjung yang datang,” ungkap Harwan. Di sisi lain, Sofian Raflesia, salah satu pengunjung yang datang, yang juga salah satu aktivis KPPL Bengkulu serta penggiat pariwisata mengungkapkan, selama 3 hari mereka stay di Desa Batu Ampar banyak pengalaman dan hal baru yang didapat bersama rekan-rekannya. Ia mengatakan, selama menginap di Desa Batu Ampar, ia bersama 8 orang rekannya disuguhkan dengan berbagai potensi wisata dan pembelajaran, mulai dari cara mengelola aren dari batang hingga menjadi gula, cara mengelola rebung bambu menjadi panganan, hingga bagaimana memilih daun kopi untuk dijadikan peyek daun kopi. “Pokoknya puas dan seru. Ditambah lagi keramahan penduduk dan potensi alam yang masih sangat alami. Sangat segar dan menyenangkan bisa berlibur ke desa ini, dan pasti ke depannya kami akan kembali membawa rekan-rekan lainnya untuk mencicipi keindahan dan kenyamanan desa,” paparnya.(sly/krn)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: