Petani Panen Mentah, Harga TBS Rendah Tergantung Kualitas Buah
KOTA BINTUHAN – Kalau di Kabupaten Mukomuko harga buah sawit di tingkat petani sampai Rp 2 ribu per kilogramnya, namun di Kabupaten Kaur paling tinggi masih sekitar Rp 1.600 per kilogram. Itu pun tidak berlaku bagi semua buah tandan buah segar (TBS) sawit dari masyarakat. Harga beli pabrik bervariasi tergantung kualitas buah. Para petani dan pedagang pengumpul mengakui kalau saat ini harga TBS di Kaur mengalami kenaikan dibandingkan sebelumnya yang hanya Rp 1.200 per kilogramnya. Namun demikian saat ini hasil panen juga mengalami penutunan. Pedagang pengumpul TBS saat ini kesulitan mendapatkan buah untuk dijual ke pabrik CPO. “Untuk saat ini buah sepi, mungkin bulan Mei nanti baru banyak itu pun kalau petaninya merawat dan memupuk sawitnya. Untuk harga kita di Kaur ini tidak bisa kita pastikan berapa, karena harga tergantung dengan kualitas buah. Jika buahnya bagus bisa sampai Rp 1.600 per kilogramnya, kalau campuran ada yang mentah dan sebagainya itu di bawah itu. Apalagi buahnya kecil-kecil dan campur itu bingung kita mengambilnya, karena di pabrik pasti tinggi potongannya,” kata salah satu toke sawit di Kaur, Ersan. Lebih lanjut Ersan mengatakan kalau para petani di Kaur saat ini banyak yang sembarangan panennya. Ada yang masih mentah sudah dipanen, ada juga yang baru kuning sudah dipanen. Sehingga pihaknya pun tidak bisa menentukan harga TBS sama. Jadi harus disesuaikan dengan kondisi buah yang ada. Sementara saat di Kaur tidak semua buah TBS berkualitas, sehingga para pengumpul TBS sawit pun harus keliling menjual sawit. Karena ada beberapa pabrik yang sanggup membayar tinggi dengan kualitas buah yang baik. Ada juga yang membayar TBS dengan kualitas buah yang biasa saja dan tidak terlalu ketat aturannya. Sehingga para toke sawit di Kaur pun bebas memilih menjual TBSnya ke beberapa pabrik yang ada di Kaur dan juga Bengkulu Selatan. “Jika kita bandingkan dengan Mukomuko mungkin, pabrik yang ada di sana menjual CPOnya ke daerah Padang. Sehingga mungkin di sana harganya lebih mahal. Untuk di Kaur sampai saat ini belum ada harga TBS tembus Rp 2 ribu per kilogram. Kita juga kerap mengimbau kepada petani untuk memanen buah yang bagus, namun terkadang tidak juga diindahkan,” pungkas Ersan. Kendati demikian saat ini sebagian warga masyarakat Kaur sudah banyak berpindah dari kebun karet menjadi kebun sawit. Karena harga sawit saat ini memang lebih menjanjikan dibandingkan dengan harga karet. Apalagi di Kaur saat ini sudah ada beberapa perkebunan sawit dan juga ada dua pabrik CPO. Sehingga warga pun tidak lagi mengalami kesulitan dalam menjual TBS. Bahkan warga di sekitar pabrik sudah bisa datang langsung ke pabrik menjual TBS hasil panen mereka setiap dua minggunya. (cik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: