HONDA

Pasar Tradisional Modern Sepi, Hanya Bertahan 30 Persen

Pasar Tradisional Modern Sepi, Hanya Bertahan 30 Persen

BENGKULU – Merebaknya toko online belakangan ini, membuat sejumlah market offline menjadi lesu. Kondisi itu diperparah lagi dengan dampak pandemi Covid-19 yang sudah hampir 2 tahun ini.

Dampak tersebut sangat dirasakan oleh pedagang di Pasar Tradisional Modern (PTM) Pasar Minggu. Dimana omzet terus menurun setiap tahun. Bahkan, penurunannya pun cukup signifikan, sampai 80 persen. Salah seorang pedagang pakaian, Yuni (54) mengaku sangat merasakan berkurangnya omzet bisnisnya tersebut.

“Dua tahun yang lalu saya bisa menghasilkan Rp 3 jutaan dalam sehari tapi sekarang cuma Rp 300 - 500 ribu saja,” ujarnya.

Ditambahkannya, banyaknya keberadaan toko online, termasuk di media sosial (medsos) Facebook dan Instagram, membuat sejumlah toko-toko yang berada di pasar-pasar mulai kalah saing. Selain menawarkan harga yang cukup murah, belanja via online juga menawarkan pelayanan yang mudah, dimana pembeli hanya cukup menunggu di rumah dan barang yang dipesan akan diantar atau sistem COD.

"Toko online sekarang banyak sekali, sudah itu harganya juga murah-murah. Kami sebagai pedagang baju merasakan sekali akan penurunan omzet ini,” keluhnya.

Hal senada juga disampaikan pedagang pakaian lainnya, Hendra (40). Penurunan omzet menurutnya dipengaruhi oleh maraknya toko online, ditambah lagi dengan kondisi pendemi Covid-19. “Kami sebagai pedagang baju yang ada di pasar ini merasa semakin hari pasar semakin sepi saja dari pembeli,” keluhnya.

Hendra juga mengatakan omzet yang ia peroleh dari berjualan baju tidak sebesar tahun-tahun yang lalu. "Tahun 2018 saya bisa menghasilkan Rp 1 juta sampai  Rp 1,5 juta/hari, tapi sekarang saya hanya bisa mendapatkan uang sekitar Rp 300 ribuan,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Pengelola PTM–Mega Mall, Zulkifli Ishak mengatakan penurunan omzet dari pedagang baju ini bukan hanya dari maraknya toko online, tetapi juga dari pandemi Covid-19. “Iya banyak toko baju yang telah tutup mungkin yang bertahan sekitar 30 persen sampai 40 persen saja dari 800 toko yang ada di pasar,” ujarnya.

Zulkifli juga menambahkan ada rencana untuk koordinasi dengan pedagang mengenai cara menaikkan omzet penjualan. “Nanti bakal ada aplikasi seperti Shopee atau Tokopedia yang mungkin nanti akan berkerja sama, itu dengan sistem COD, tapi ini masih sekadar wacana,” tambahnya.

Sementara itu, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Manajemen Universitas Bengkulu, Yulius Wahyu Setiadi SE, MM mengatakan  pada dasarnya orang yang berjualan itu faktor kebutuhan dari konsumen. Jadi dengan adanya toko online yang ada di Shopee atau Tokopedia tidak mempengaruhi toko tersebut. Menurut Yulius, sebenarnya Shopee atau Tokopedia itu hanya media untuk pemasaran.

“Jadi mau tidak mau, pedagang harus melek e-commerce supaya bisa memasarkan produk dan jasa. Kan sekarang zamannya teknologi,” ujarnya. (cw1)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: