HONDA

Samudra Ujung Mengkhawatirkan, Dua Perusahaan Berizin, Sisanya Diduga Ilegal

Samudra Ujung Mengkhawatirkan, Dua Perusahaan Berizin, Sisanya Diduga Ilegal

BENGKULU - Kawasan Pantai Samudra Ujung Pulau Baai kian mengkhawatirkan. Selain air di bibir pantai menghitam, ekosistem bawah laut diduga ikut tercemar. Lingkungan di sekitar kawasan gunungan-gunungan batu bara juga terdampak. BACA JUGA: Tumpukan Batu Bara di Pulau Baai, Perizinan Harus Ditinjau Ulang

Hasil penelusuran Rakyat Bengkulu dari banyaknya stockpile ataupun tempat penampungan sementara batu bara di kawasan Samudra Ujung Pulau Baai tersebut, diketahui hanya dua perusahaan mempunyai izin dokumen lingkungan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bengkulu. Sisanya diduga illegal.

Kepala DLH Kota Bengkulu Medi Pebriansyah saat ditemui Rakyat Bengkulu mengatakan dari beberapa perusahaan yang mendirikan stockpile di kawasan Samudra Ujung Pulai Baai, baru dua perusahaan saja yang telah resmi mendapatkan dokumen Upaya Kelola Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL).

“Cuma ada dua perusahaan yang ada UKL-UPL selebihnya belum ada yakni PT. Titan dan PT. SPS, dan bisa dikatakan perusahan-perusahan yang belum memiliki UKL-UPL itu merupakan perusahaan ilegal tetapi kami tidak terlalu mengetahui bagaimana prosedurnya karena kawasan itu berada di kawasan Pelindo,” ujarnya.

Ia menambahkan pihaknya telah mengirimkan surat ke PT Pelindo II mengenai berapa banyak perusahaan yang mendirikan stockpile di kawasan tersebut. “Kami sudah mengirimkan surat tetapi hingga sampai saat ini belum ada balasan dari pihak Pelindo. Sehingga kami kurang mengetahui dengan pasti berapa banyak yang masih aktif di sana,”paparnya.

Kemudian ia mengatakan akan mengevalusi ulang mengenai perusahaan yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan. Jika memang terbukti berdampak bagi lingkungan hidup akan ditindaklanjuti oleh DLH Kota Bengkulu.

“Kami akan memberikan sanksi dan denda sesuai prosedur dan kami juga bisa mencabut dokumen lingkungan hidupnya,” tegasnya.

Sementara itu di tempat lain, salah seorang nelayan tradiasional Nas (51) mengatakan pencemaran yang diakibatkan dari batu bara berdampak bagi mereka untuk mencari ikan. Baca Selanjutnya>>>

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: