HONDA

Pasar Ramai, PAD Tak Tercapai

Pasar Ramai, PAD Tak Tercapai

 

BENGKULU – Realisasi pencapaian Pendapat Asli Daerah (PAD) dari sektor retribusi pasar saat ini masih jauh dari target yang sudah ditetapkan. Sampai Oktober ini, PAD dari tiga pasar di Kota Bengkulu baru terkumpul Rp 900 juta dari Rp 2,3 miliar target PAD. Padahal saat ini aktivitas di pasar sudah ramai.

Salah satu penyebabnya, adalah kosongnya kios dan los dalam pasar yang sudah disediakan pemerintah. Pedagang lebih memilih berjualan di pinggir jalan sekitar pasar.

Wakil Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Dedi Yanto mengatakan capaian PAD sektor pasar ini berpotensi bertambah. Mengingat tahun 2021 masih menyisakan dua bulan lagi. “November dan Desember kan belum masuk,” ujar Dedi.

BACA JUGA: Penertiban Pasar Jangan Hanya Sekali, Mesti Konsisten

Dia menambahkan, penataan pasar perlu dilakukan, mengingat banyaknya pedagang yang berjualan di luar pasar. Pedagang harus diarahkan masuk kedalam pasar menghuni kios dan los yang sudah disediakan pemerintah.

Sehingga bisa menambah PAD dari retribusi penggunaan los maupun kios itu.

“Kita sudah mendorong Pemerintah Kota Bengkulu untuk mengkonsolidasikan OPD terkait. Misal Satpol PP, apabila ada yang melanggar perda, ditindak,” sebut dedi. Menggingat saat ini pandemi Covid-19, membuat pemerintah tidak tega menyanksi pedagang.

“kondisi lagi susah, pedang berjualan di pinggir jalan kita alokasi, kita tidak tega,” ucapnya.

Dedi meminta Pemerintah Kota Bengkulu memperbaiki infrastruktur bangunan pasar. Bangunan yang sudah dibuat harus dimanfaatkan dengan ditempati oleh pedagang.

Saat ini banyak sekali kios yang kosong. Petugas Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pasar juga diminta menjalankan tugasnya untuk managih retribusi. “Pedagang ini jika kita imbau dan didatangi mereka akan membayar. Artinya ada sistem yang harus diperbaiki,” kata Dedi.

Dedi juga mengapresiasi atas semangat untuk mendapatkan PAD. DPRD juga memaklumi jika nanti target PAD sektor pasar tidak terpenuhi, mengingat tahun ini masih pandemi Covid-19.

“Penjualan pedagang berkurang, yang berpengaruh pada penghasilan dari pedagang ini. Juga menjadikan pedagang kesusahan dalam membayar distribusi kios, los dan auning,” kata Dedi.

Dedi mengingatkan bahwa pasar adalah milik semua masyarakat. Bukan hanya milik penjual dan pembeli. Dari itu Dedi mengingatkan untuk menjaga ketertiban pasar. BACA JUGA: Harga Pupuk Naik, Petani Kian Sulit

Sementara itu Kepala UPTD Pasar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Kota Bengkulu Irwan Fansyuri mengatakan, PAD dari sektor pasar sampai Oktober ini baru di kasaran Rp 900 juta.

“Dulu kita minta target dikurangi menjadi Rp 1,36 miliar, tapi tidak diterima,”ucapnya.

Irwan menyebutkan kendala target PAD tidak tercapai dikarenakan bangunan yang sudah disediakan mengalami kerusakan. Sehingga tidak ditempati oleh pedagang.

Ditambah lagi pedagang saat ini mengalami kesulitan, sehingga menyebabkan tunggakan pembayaran oleh pedagang. “Bangunan perlu kita perbaiki, karena banyak yang sudah lapuk dan mengalami kebocororan,” tutupnya.

PKL Panorama Bayar Sewa Lahan Parkir

Wajar saja, PAD sektor pasar ini belum mencapai target. Sebab pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di pinggir jalan sekitar pasar mereka tidak membayar retribusi pasar.

Menurut salah seorang PKL Jl. Belimbing, sekitaran Pasar Panorama yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan mereka bisa berjualan di pinggir jalan itu karena menyewa lahan dengan juru parkir.

Harga sewanya Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu per hari. Tergantu luasan lahan parkir yang digunakan PKL. Selain itu mereka juga harus membayar uang kebersihan Rp 1.000 per hari, dan uang kemanan Rp 1.000 per hari.

“Itu juga kalau jualan habis. Jika tidak habis barang masih kita letakkan di lapak itu, kita bayar lagi uang jaga malam Rp 5.000 per malam,” tutupnya. (cw2)

Simak Video Berita

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: