Pemerintah Optimis Pertumbuhan Ekonomi Kuarter 4 Lebih Baik
JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu tetap tumbuh positif pada Q3 tahun 2021 yaitu sebesar 3,51% secara year on year (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia tetap berlanjut dan terjadi resiliensi di tengah lonjakan kasus positif Covid-19 di Q3 tahun 2021.
“Q2 kasus aktif Covid-19 nya lebih rendah dibanding Q3 tahun 2021. Kita ketahui bersama di Q3 tahun 2021 kita melakukan pengereman dengan PPKM karena angka kasus harian Covid-19 yang tinggi sampai 574.315 kasus per hari. Meskipun demikian, kita masih bisa tumbuh positif terdorong oleh ekspor yang mencapai 29,16% (yoy) dan impor 30,1% (yoy),” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada Berita Satu TV, Rabu (10/11).
Beberapa sektor memiliki resiliensi yang cukup baik pada Q3 tahun 2021. Industri pengolahan tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi yaitu 3,68%, pertanian juga mengalami pertumbuhan, demikian pula kegiatan terkait properti.
“Ini membuktikan kebijakan PPnBM mempunyai impact kepada sektor riil baik pengolahan maupun di sektor real estate,” jelas Menko Airlangga.
Selain itu, sektor yang tumbuh tinggi yang dibantu juga oleh supercycle harga komoditas adalah pertambangan yang tumbuh 7%, kesehatan tumbuh 14% dan perdagangan yang masih bertahan di 9%.
“Kita sangat terbantu oleh supercycle dari harga Minyak, CPO, Nikel, Tembaga, alumunium dan karet yang naik. Jadi ekspor kita terbantu juga oleh harga-harga komoditas tersebut sehingga kita masih bisa bertahan di 3,5%,” tutur Menko Airlangga.
Sementara itu, untuk mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga, Menko Airlangga menjelaskan bahwa domestic demand bergantung pada mobilitas. Seluruh provinsi saat ini berada pada level 1 dan 2. Hal ini tentu ini sangat mempengaruhi mobilitas. Diharapkan masyarakat tetap waspada dan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan agar Covid-19 bisa terkendali dan pertumbuhan ekonomi bisa terus berlanjut.
“Indeks Keyakinan Konsumen per Oktober 2021 sudah masuk dalam fase optimis atau berada pada angka 113,4, lebih tinggi dibandingkan 95,5 pada September 2021. Penjualan eceran juga sudah naik ke 5,2 sehingga tentu dari segi sisi itu kita terlihat cukup baik. Kemudian kita lihat PMI Manufaktur juga sudah berada pada 57,2. Jadi sebetulnya optimismenya ada. Jika pandemi bisa dikendalikan dan kita jaga sampai dengan Q4, maka pada Q4 tahun 2021 belanja Pemerintah diperkirakan akan bisa meningkat,” jelas Menko Airlangga.
Untuk sektor otomotif, diperkirakan sampai akhir tahun 2021 terdapat 850.000 penjualan. Ini jauh lebih baik dibanding tahun 2020 yang sebesar 600.000 penjualan. Meski masih di bawah angka normal, Pemerintah berharap pada tahun depan 2022 dapat mencapai 1 juta penjualan.
“Terkait dengan fasilitas, tentu Pemerintah akan melihat sampai bulan Desember untuk evaluasi tahun depan. Ada banyak hal yang akan dipelajari Pemerintah, termasuk juga dengan hal penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional. Enam bulan ke depan juga adalah periode yg menentukan karena efek pandemi masih ada,” kata Menko Airlangga.
Dari segi perbankan, untuk restrukturisasi maupun penanganan keperluan perbankan telah diperpanjang sampai bulan Maret 2023. Adanya kebijakan Amerika Serikat yang menaikkan suku bunganya, Pemerintah juga bersiap dan mengantisipasi hal tersebut. Pemerintah juga memutuskan melanjutkan Program Pemulihan Ekonomi Nasional untuk menjaga daya beli.
“Ini yang akan didorong. Dari hasil monitoring, sampai bulan Desember, 95%-100% anggaran PEN dapat direalisasikan,” ungkap Menko Airlangga.
Cadangan devisa yang baik, Neraca Perdagangan Indonesia yang juga positif, dan IHSG serta kurs rupiah yang cenderung stabil, membuat Indonesia semakin optimis mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional secara year on year. Menko Airlangga menegaskan bahwa faktor perekonomian tetap tumbuh adalah stabilitas ekonomi terjaga, harga komoditas ekspor baik, dan daya beli yang tetap terjaga pada masa pemulihan ekonomi.
”Selama pandemi masih ada, kita harus dinamis karena kita menangani pandemi ini secara dinamis. Selain sektor ekonomi, vaksinasi juga terus didorong dan ditargetkan mencapai 40% untuk dosis ke dua. Kita berharap di akhir tahun ini target tersebut bisa tercapai. Dengan demikian kita juga berharap dapat menjalankan ”gas dan rem” secara lebih seimbang lagi,” pungkas Menko Airlangga. (ltg/fsr)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: