Kematian Tertinggi karena Hipertensi dan Kegemukan
FAKULTAS Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) baru saja melansur studi prognostik kematian akibat Covid-19 di Indonesia. Studi ini mengambil sampel sebanyak 243 kasus pasien meninggal Covid-19 di RSUD Koja, Jakarta dalam rentang 20 Maret hingga 31 Juli tahun lalu.
Secara garis besar studi prognostik berkesimpulan angka kematian yang tinggi pasien Covid-19 tidak lepas dari hipertensi dan obesitas sebagai komorbiditas serta pengentalan darah pada pasien. Dalam konteks penanganan Covid-19, faktor prognostik harus dikenali. Agar penanganan pasien Covid-19 cepat dan tepat. Sehingga angka kematian pasien Covid-19 ke depannya dapat ditekan. BACA JUGA: 73 Tahun Kabupaten Bengkulu Selatan, Membangun dengan Semangat CINTA
Untuk diketahui kajian atau studi prognostik kematian pasien Covid-19 dari UI itu adalah yang pertama di Indonesia.
Kepala Biro Humas dan Keterbukaan Informasi Publik (KIP) UI Amelita Lusia mengatakan studi faktor prognostik kematian akibat Covid-19 itu diketuai oleh dr Arvin Pramudita di bawah bimbingan Prof Bambang Budi dari Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI dan Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.
Amelita menjelaskan hasil studi itu menunjukkan pasien yang beresiko lebih tinggi mengalami kematian akibat Covid-19. Yaitu pasien yang berpenyakit bawaan, berkebutuhan oksigen dengan segera, serta berstatus RDW (read cell distribution width) abnormal.
Serta yang menjalani terapi klorokuin (obat antimalaria). Faktor prognostic lainnya adalah variasi ukuran sel daram merah (RDW) yang lebih tinggi. Lalu kadar limfosit yang rendah. Khusus pasien yang menjalani pengobatan dengan klorokuin, mendapatkan pantauan khusus. BACA JUGA: Antrean Migor Mengular di Manna
Pemberian obat antimalaria itu dikhawatirkan dapat menimbulkan efek samping bagi pasien Covid-19.(wan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: