HONDA

Mati Setelah Ditangkap, 4 Dokter Autopsi Buaya Selagan

Mati Setelah Ditangkap, 4 Dokter Autopsi Buaya Selagan

 

MUKOMUKO, rakyatbengkulu.com – Sungguh malang nasib buaya yang panjangnya sekitar 4 meter.

Setelah terjerat pancing lalu dievakuasi dari Sungai Selagan dan ditambatkan dekat kolam samping kantor Bupati Mukomuko, mati sia-sia.

Buaya awalnya ditangkap pawang dengan cara dipancing menggunakan umpan seekor bebek.

Sewaktu dievakuasi pancing masih di dalam mulutnya, berikut dengan tali pancing.

Begitupun sekujur badan, mulut dan kakinya dalam kondisi diikat menggunakan tali.

Buaya ini didapati telah mati kurang dari 1x24 jam sejak terjerat pancing dan dievakuasi ke darat sekitar pukul 17.30 WIB Kamis (10/3).

Baru disadari buaya telah mati sekitar pukul 15.30 WIB, kemarin (11/3). BACA JUGA: Buaya Besar Sungai Selagan Tertangkap

Belum diketahui pasti penyebab buaya tersebut mati.

Apakah karena lama tidak berendam dalam air, atau karena kondisi tersiksa disebabkan pancing masih menyangkut di dalam kerongkongan buaya.

Atau buaya itu telah kelaparan, kepanasan, atau terlalu banyak mengeluarkan darah akibat pancing yang masih tersangkut.

Untuk memastikan penyebab kematian buaya Sungai Selagan yang ditangkap di Desa Tanah Rekah Mukomuko itu, Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung meminta dokter hewan melakukan autopsi.

Dan Pemkab Mukomuko pun menerjunkan empat orang dokter hewan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

Yakni Kasi Kesehatan Hewan, drh. Ayu Harsimah, Kasi Kesehatan Masyarakat Veteriner, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, drh. Yeni Misra.

Dua lainnya, drh. Yezi dan drh. Yati dari Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Mukomuko.

“Kita autopsi dulu. Kita serahkan ke dokter hewan yang ada di Mukomuko. Jadi tak didatangkan dari Bengkulu. Karena memang kita di sini (BKSDA) tidak punya dokter hewan,” kata Kepala Kantor Resort Konservervasi Sumber Daya Alam (KSDA) Mukomuko, Rasidin.

Autopsi pun dilaksanakan di Rumah Potong Hewan (RPH) milik Pemkab Mukomuko di Desa Pasar Sebelah Kecamatan Kota Mukomuko. BACA JUGA: Besok, Dahlan Iskan Sambangi Bumi Rafflesia

Dengan sebelumnya diangkat beramai-ramai, dimasukkan ke dalam kerangkeng yang sebelum digunakan untuk menangkap buaya di Sungai Selagan di Desa Tanah Rekah Kecamatan Kota Mukomuko.

Setelah proses autopsi, bangkai buaya tersebut akan dikuburkan.

“Setelah itu baru ditentukan di mana akan dikubur- kan. Tidak lagi dibawa ke Kota Bengkulu, karena sudah mati,” kata Rasidin.

 Matinya buaya ini, sudah dalam tanggung jawab BKSDA Bengkulu- Lampung. Lantaran sekitar pukul 11.00 WIB kemarin, telah dilakukan penandatanganan berita acara serah terima.

Diawali oleh pemerintah dari 5 desa dan pemerintah kecamatan ke Pemkab Mukomuko yang diwakili Asisten II Setdakab Mukomuko, Drs. H. Bustari M, M.Hum.

Lalu dari Pemkab Mukomuko diserahkan ke BKSDA Bengkulu-Lampung, bertempat di ruang kerja Asisten II Setdakab.

“Rencana awal, buaya ini kita bawa ke Kota Bengkulu. Sore ini rencananya, dan menempuh perjalanan malam dengan pertimbangan keamanan dan cuaca tidak panas.

Jadi setelah serah terima, selesai salat Jumat, kita mengambil kerangkeng di Desa Tanah Rekah.

Ternyata setiba di kantor bupati, kita cek, buayanya sudah mati,” terang Rasidin didampingi tim Kantor Resort KSDA Air Hitam dan Tim Kantor Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) Seblat.

Terpisah, Camat Kota Mukomuko Ali Nasri, SH mengatakan, berdasarkan kesepakatan pemerintah desa yang meminta evakuasi buaya, bahwa kegiatan atau upaya mengevakuasi buaya dari Sungai Selagan masih akan berlanjut.

Mengerahkan pawang buaya dari Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat. Mengingat warga dari lima desa dan satu kelurahan telah patungan, mengeluarkan biaya untuk jasa sang pawang.

“Hari ini (kemarin), pawang buaya kembali melakukan kegiatannya. Karena memang harapan warga buaya di kawasan itu bisa di evakuasi seluruhnya.

Mengenai biaya pawang, informasinya, sekitar Rp 25 juta. Jadi dikoordinir pemerintah desa masing-masing, warga patungan untuk biaya itu,” terang Ali Nasri.

Asisten II Setdakab Mukomuko, Drs. H. Bustari M, M.Hum berharap ada pola penanganan khusus ke depan untuk buaya-buaya di Sungai Selagan. Baca Selanjutnya>>>

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: