HONDA

Lambung Robek dan Mulut Tertutup 20 Jam

Lambung Robek dan Mulut Tertutup 20 Jam

MUKOMUKO, rakyatbengkulu.com – Buaya yang berhasil ditangkap di Sungai Selagan Desa Tanah Rekah Kecamatan Kota Mukomuko, telah disimpulkan penyebab kematiannya. Buaya berukuran besar tersebut mati karena luka robek di lambung.

Yang luka itu disebabkan mata pancing. Luka robek tersebut mengakibatkan terjadinya pendarahan di lambung. Sebagaimana dikemuka Kabid Peternakan Dinas Pertanian Mukomuko, Pitriyani, S.Pt usai mendapatkan laporan tertulis dari tim dokter hewan yang melakukan autopsi.

“Berdasarkan hasil autopsi oleh tim dokter hewan kita, ada pendarahan di lambung karena luka oleh mata pancing,” ujarnya. Penyebab kedua, buaya mengalami yang disebut dengan Edema Pulmonum. Sebagai akibat dari kurangnya serapan udara.

Karena tidak terjadinya pertukaran panas tubuh buaya yang biasa dilakukan buaya melalui atau dengan cara membuka mulutnya saat udara panas. BACA JUGA: Ada 2 Mata Pancing di Usus Buaya Selagan

“Seperti diketahui bersama, bahwa kondisi buaya saat dievakui dari Tanah Rekah sampai ke komplek kantor bupati, hingga akan dibawa tim BKSDA, mulutnya terikat erat tali. Lebih kurang selama 20 jam,” sampai Pitriyani. Tim dokter yang melakukan pemeriksaan drh. Yeni Misra, drh. Ayu Harismah, drh. Diana Nurwahyuni, drh. Hidayati Mukarromah dan drh. Yezi Gita Rahayu sepakat membuat kesimpulan hasil autopsi.

Ditemukan perubahan patalogi anatomi, antara lain, adanya benda asing berupa kail atau mata pancing yang masuk hingga ke lambung. Lalu lambung buaya mengalami luka robek pada dua bagian, karena mata pancing tersebut memang berjumlah 2 buah.

“Luka robek 2 bagian, salah satu diantaranya lukanya sampai menembus dinding lambung,” kata Pitriyani. Sehingga menyebabkan kebocoran lambung dan berujung terjadi pendarahan. Kemudian ditemukan pula pada lumen bronkus, busa atau edema pulmonum.

Kerja Tuntas

Selain itu paru-paru mengalami emboli, ginjal mengalami hipertrofi, serta otot jantung mengalami kardiomiopati. Tidak hanya itu, juga ditemukan hampir seluruh bagian usus halus mengelami hiperemi. Baik pada permukaan maupun lumen usus.

“Kesimpulan dan dugaan penyebab mati buaya ini sudah kita sampaikan ke BKSDA Bengkulu-Lampung. Dengan begitu, tuntas sudah tugas kita membantu BKSDA, autopsi terhadap buaya yang mati di Mukomuko,” pungkasnya.

BACA JUGA: Gubernur Bengkulu: Beri Kontribusi Terbaik untuk IKN

Bermula pada 21 Februari 2022, terjadi serangan buaya pada 1 orang warga Desa Tanah Rekah, hingga berujung warga tersebut meninggal dunia. Akibat kejadian itu, warga takut beraktivitas di Sungai Selagan.

Setelah itu, warga dari 5 desa dan 1 kelurahan berharap Pemkab Mukomuko dan BKSDA mengevakuasi buaya dari Sungai Selagan. Lalu BKSDA Bengkulu-Lampung memasang 1 unit perangkap. Baca Selanjutnya>>>

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: