Disperindag Pastikan Minyak Goreng Langka karena Panic Buying
BENGKULU, rakyatbengkulu.com – Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bengkulu, Yenita Syaiful menerangkan fenomena panic buying menjadi faktor utama kelangkaan minyak goreng. Hal ini didasari dengan temuan lapangan pihak Disperindag adanya pembelian masyarakat lebih dari satu kali dalam sehari dan pembelian per karton.
“Fenomena panic buying banyak kita temukan, misalnya pembelian minyak goreng satu karton dan berkali-kali bahkan setiap hari mencari toko-toko yang menjual minyak goreng. Inikan sudah melebihi kebutuhan, ke khawatiran masyarakat kita akan stok minyak goreng dan mungkin juga untuk persiapan bulan puasa,” katanya.
Ditambahkannya, stok minyak goreng yang terbatas semejak aturan HET terbaru. Penyaluran produsen ke distributor menjadi berkurang ditambah fenomena panic buying masyrakat.
“Pasokan minyak goreng sekarang tidak sebanyak sebelum HET ditetapkan. Produsen tidak lagi mengirim pasokan minyak seperti sebelum kebijakan HET. Sebenarnya pasokan di distributor itu cukup untuk kebutuhan sehari-hari, karena konsumen sekarang membeli banyak jadinya stok cepat habis,” terang Yenita.
Yenita menjelaskan, Disperindag rutin melakukan pengawasan terhadap penyaluran ditributor minyak goreng ke pedagang, pengecer dan grosir.
Operasi pasar akan dilakukan apabila stok dari ditrbutor ada yang lebih. Beberapa lokasi dikabupaten dan kota sudah direncanakan.
“Pengawasan rutin kita lakukan ke distributor, apabila ada stok lebih barulah kita opeasi pasar. Terakhir kita operasi pasar di Kabupaten Seluma, selanjutnya di Bengkulu Tengah. Di Kota Bengkulu juga sudah ada rencana tetapi masih dalam pertimbangan karena dikhawatirkan operasi pasar tidak tertib,” jelasnya.
Diketahui, stok minyak goreng untuk Provinsi Bengkulu berasal dari PT. Wilmar di Palembang, alokasi penyaluran minyak goreng oleh produsen ditentukan setelah HET ditetapkan.
“Setelah HET ditetapkan alokasi dari produsen yang ditentukan untuk setiap daerah diperbanyak. Kita di Bengkulu itu dari Wilmar Palembang dengan merek dagang Sania, Fortune, Suf dan Sovia,” terangnya.
Seorang pelaku UMKM Hartini (48) mengungkapkan untuk tetap dapat berjualan dirinya menggunakan mentega untuk menggoreng.
Dijelaskannya, stok minyak goreng yang ditemui harganya sudah tidak normal sampai Rp 25 ribu per liter, dan ada juga pedagang yang mengharuskan membeli bahan lain agar dapat membeli minyak.
“Saya berjualan sarapan pagi seperti gorengan, lontong, lotek. Karena tidak ada stok minyak beberapa menu tidak tersedia. Walaupun demikian jualan saya tetap buka, untuk menggoreng kacang untuk lotek saya gunakan mentega,” ungkapnya.
Seorang pembeli lotek di warung Hartini, AN (53) karena mengetahui menu warungnya berkurang AN menawarkan minyak goreng dengan harga di luar HET. AN mengaku mempunyai stok minyak goreng. “Saya ada minyak goreng harganya Rp 25 ribu per liter, daripada menu ibu berkurang beli saja ke saya,” ujarnya. (cw4)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: