Proyek Rp 3 Miliar di Bengkulu Utara Hanya Bertahan 3 Bulan
ARGA MAKMUR, rakyatbengkulu.com - Proyek peningkatan dan penahan jalan di Desa Bukit Makmur Kecamatan Pinang Raya Bengkulu Utara rusak berat. Padahal jalan senilai Rp 3 miliar tersebut baru tuntas dikerjakan Desember tahun lalu.
Pantauan rakyatbengkulu.com di lapangan, jalan tersebut bukan hanya rusak berat. Bahkan kondisi jalan sudah turun. Ambles sedalam satu meter.
Hal ini menyebabkan seluruh bagian aspal terangkat dengan lubang-lubang seperti bagian tanah yang tidak padat saat dikerjakan.
Bukan hanya jalan yang kembali rusak dan kondisi jalan ambles satu meter. Bagian tanah jalan juga bergeser ke kiri yang menyebabkan pasak bumi atau paku bumi yang dipasang tampak miring dan menonjol ke jalan.
Tak hanya itu, bagian pelapis tebing yang juga dibangun tahun lalu saat ini sudah rusak dengan bagian-bagian yang retak. Bahkan, tampak beberapa titik pelapis tebing sudah tidak lagi menempel di tanah dan rawan ambruk.
Kades Bukit Makmur Hartono, S.Pd menuturkan, jika sampai saat ini memang belum ada perbaikan jalan. Ia belum mengetahui apakah perbaikan akan dilakukan pada proyek yang baru tuntas Desember lalu tersebut.
“Kita belum jelas, apakah memang belum tuntas diperbaiki atau seperti apa. Namun sejauh ini belum ada pekerjaan lagi,” terangnya.
Ia mengakui jika memang amblesnya jalan hingga terjadi kerusakan parah, puncaknya terjadi saat banjir sebulan lalu. Ia juga membenarkan jika kondisi tanah memang gembur.
Namun ia mengaku jika sejak pembangunan berjalan memang kondisi tanah sudah retak dan terjadi hingga Desember lalu ketika pekerjaan selesai. Amblesnya tanah dan bergeser ke kiri yang terjadi sebulan lalu adalah puncaknya.
“Memang sejak dibangun jalan rusak retak-retak. Hanya saja puncaknya menjadi parah seperti ini karena banjir dan tanah ambles sebulan lalu,” jelas Hartono
Salah satu pejabat Satker Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) Bengkulu Mardi menuturkan memang kondisi tanah tersebut labil. Sehingga saat banjir sebulan lalu, bagian tanah ambles dan membuat bangunan yang dilakukan rusak.
“Karena kondisi tanah labil sehingga ambles ketika banjir terjadi sebulan lalu,” katanya.
Meskipun masih dalam pemeliharaan, namun ia mengaku hal tersebut tidak menjadi tanggung jawab kontraktor. Hal ini merupakan bagian dari “Force Majeure” atau faktor non teknis yang berasal dari alam yang menyebabkan kerusakan.
“Itu bukan bagian dari gagal konstruksi, itu force majeure. Karena ada kondisi alam. Jadi tidak bisa jadi tanggungan kontraktor,” ujarnya.
Namun ia mengaku mengetahui jika memang kondisi tanah di sepanjang titik pembangunan tersebut memang labil. Bahkan 2014 lalu jalan sempat putus akibat jalan ambles tergerus air.
“Karena di samping jalan tersebut juga sungai, makanya kita pasang pasak bumi tersebut,” ujarnya. (qia)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: