Budaya Adalah Kekuatan Bangsa
BANYUASIN, rakyatbengkulu.com - Nilai-nilai seni dan kebudayaan lokal yang ada di bumi Indonesia diyakini dapat mencegah paham radikalisme dan terorisme dikalangan anak muda.
Hal ini dikarenakan kearifan lokal menjadi bagian untuk mengisi hal-hal yang belum dimiliki anak muda dalam merekat dan mempersatukan dan juga sebagai sebuah kontrol moral dalam menjaga harmonisasi bagi wilayahnya.
Hal ini dikatakan Budayawan Nanang Hape, dalam kegiatan Aksi Musik Anak Bangsa (Asik Bang) yang digagas Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerja sama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumatera Selatan di OPI Mall, Banyuasin, Selasa (19/4). BACA JUGA: Pemilik Warung dan Mobil Hancur Menanti Ganti Rugi, 2 Korban Luka Parah Masih Dirawat
“Nilai-nilai seni dan budaya lokal termasuk musik di dalamnya diyakini dapat menjadi penangkal serangan terorisme karena kearifan lokal memiliki daya rekat yang tinggi dan sumber kontrol dalam hubungan sesama masyarakat agar berkehidupan yang harmonis jauh dari nilai kekerasan yang dapat meruntuhkan persatuan bangsa,” ungkap Nanang.
Menurut pendalang urban ini, anak-anak muda jiwanya wajib diisi dengan nilai-nilai kebangsaan dengan model atau gayanya mereka.
Cara seperti ini menjadi tantangan dan jawaban atas kehadiran mereka mempersatukan bangsanya lewat musik.
“Lewat musik mereka bicara tentang kecintaan terhadap tanah airnya, mereka terpacu untuk berkarya dan mendapat tempat di antara lingkungannya, mereka merasa dapat berkontribusi lewat karya untuk Indonesia, ini hebat,” katanya. BACA JUGA: Bandar Narkoba Pilih Bayar Denda Rp 800 Juta daripada 3 Bulan Penjara
Di tempat yang sama, Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat, Rahmad Suhendro menyampaikan bahwa radikalisme menginginkan perubahan yang tidak baik atau ekstrem dalam sosial politik.
“Radikal terorisme adalah sebuah paham atau gagasan yang menginginkan adanya perubahan sosial politik dengan menggunakan cara-cara ekstrem termasuk kekerasan,” ungkapnya.
Lanjutnya, bahwa anak-anak muda atau remaja saat ini sangat rentan terpapar paham radikalisme karenanya budaya gotong royong, kebersamaan dan teposeliro sudah mulai pudar di kalangan mereka, kecenderungan mereka hidup sendiri tanpa mempedulikan sekitar.
“Anak-anak milenial hampir 3 jam 45 menit di Indonesia menggunakan internet, banyak sekali situs atau web yang mudah dimasuki, yang akhirnya mereka memasuki gerbang paham radikalisme dan terorisme,” menurut Rahmad. Baca Selanjutnya>>>
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: