Harga Gabah Rp 4.300/Kg, Petani Meradang
BENGKULU, rakyatbengkulu.com – Mu s i m panen padi sawah di Kelurahan Dusun Besar segera tiba. Ketua Kelompok Tani Talang Ilo, Kelurahan Dusun Besar Hariadi mengatakan padi yang sudah menguning itu hanya tinggal menunggu hari supaya masak sempurna untuk dipanen.
Namun panen kali ini tidak membuat petani bahagia. Lantaran, musim tanam ini, biaya produksi sangat tinggi. “Pemerintah ini bisa memikirkan nasib kami sebagai petani ini. Apa lagi petani tanaman pangan. Kami petani padi boleh dikatakan sedikit menderita dengan keadaan seperti saat ini. Karena biaya produksi lebih tinggi dari pada hasil panen yang didapat,” terang Hariadi, (19/5).
Bagaimana tidak saat ini harga pupuk dan racun pengendali hama untuk padi meningkat drastis. Seperti pupuk urea pada tahun 2021, ia masih bisa membeli dengan harga Rp 100 ribu per karung 50 kilogram, namun saat ini sudah menjadi Rp 125 ribu per karung 50 kilogram.
“Untuk pestisida itu memang saat mengalami kenaikan yang luar biasa. Kalau tahun kemarin itu insektisida atau racun serangga dari harga Rp 45 ribu per botol naik menjadi Rp 90 ribu per botol,” sambungnya.
Ia juga mengatakan kesulitan bukan hanya karena kenaikan harga sejumlah bahan produksi. Namun saat ini untuk pupuk subsidi juga mengalami pengurangan jatah untuk petani. Ini juga sangat berdampak sekali.
Jika tidak mendapatkan pupuk subsidi yang cukup untuk tanaman padi, petani terpaksa membeli pupuk non subsidi dan itu harganya lebih mahal.
“Dengan adanya pengurangan pupuk ini juga, kami para petani juga mengalami sedikit permasalahan,” ucapnya.
Bukan hanya biaya produksi yang membuat petani kesulitan, rendahnya harga jual gabah juga membuat petani mengeluh. Tengkulak membeli gabah kering panen Rp 4.300 hingga Rp 4.500 per kilogram.
Tergantung kualitas gabah. Sedangkan untuk menjual gabah ke Perum Bulog petani masih kesulitan memenuhi beberapa persyaratan. “Seperti kadar air gabah dan lainnya harus lebih diperhatikan,” keluhnya.
Sementara itu, Manager SCPP Perum Bulog Bengkulu Irfan Arfian mengatakan, Bulog Bengkulu melakukan penyerapan gabah atau beras petani.
Pihaknya mempunyai unit pengolahan gabah. Yang nantinya gabah tersebut mereka proses untuk menjadi beras untuk di pasarkan ke pasaran umum.
“Sedangkan penyerapan beras kami melalui mekanisme mitra dan satker. Mitra dan satker melakukan pembelian beras sesuai kualitas dan persyaratan yang ditetapkan.
Untuk beras medium dibeli Rp 8.300 per kilogram, sedangkan untuk beras premium di harga pembelian Rp 9.000 sampai Rp 9.400 per kilogram,” terangnya.
Terkait penyerapan gabah, Bulog Bengkulu mengharapkan support dan dukungan dari pemerintah daerah. Terutama untuk penyaluran ke para Aparatur Sipil Negara (ASN). Karena saat ini pangsa pasar yang cukup besar seperti Raskin, Rasta dan Bansos beras sudah tidak ada lagi sehingga perputaran beras menjadi agak lambat.
“Sampai saat ini kami Bulog Bengkulu telah melakukan penyerapan sebanyak 490 ton beras dan akan terus bertambah sesuai kebutuhan,” pungkasnya. (eng)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: