Kisah Islami, Mengharukan Rasulullah Bertemu dengan Saudara Sepersusuannya
Rasulullah bertemu dengan saudara sepersusuannya dalam suasana yang mengharukan.--Foto: Freepik.com/Rawpixel.com
BENGKULU, RAKYATBENGKULU.COM - Ketika kecil Rasulullah SAW mempunyai banyak ibu yang menyusuinya, salah satunya diantaranya ialah Halimah as-Sa’diyah.
Pada saat itu Rasulullah SAW kecil tinggal bersama dengan keluarga Halimah. Sayyidati asy-Syaima as-Sa’diyah anak dari halimah yang merupakan salah satu saudara sepersusuan Rasulullah SAW.
Bersama dengan ibunya, Syaima’ ini juga ikut merawat dan mengasuh Rasulullah ketika itu.
Ketika berusia 5 tahun Rasulullah SAW memutuskan untuk meninggalkan rumah Halimah dan kembali bersama ibu kandungnya, Siti Aminah.
BACA JUGA:Kisah Nusaibah, Dijuluki Perisai Rasulullah, Prajurit Wanita Gagah Berani
Setelah itu Halimah dan Syaima’ pun tidak pernah lagi berjumpa dengan Rasulullah SAW. Bahkan setelah puluhan tahun berlalu, Rasulullah SAW akhirnya dipertemukan kembali dengan Syaima pada sebuah peristiwa.
Menurut kisah, pada saat itu di tahun ke-8 Hijriah atau tepatnya sebulan setelah terjadinya Fathu Makkah, pasukan dari kaum muslimin berhadapan dengan kaum Hawazin di dalam pertempuran Hunain.
Di pertempuran itu kaum muslimin yang dipimpin oleh Rasulullah SAW hampir mengalami kekalahan. Karena banyaknya pasukan yang melarikan diri karena hebatnya serangan maut dari kaum Hawazin dan Tsaqif tersebut.
Akan tetapi karena teriakkan dari Abbas yang mengema hingga ke dinding lembah terdengar oleh kaum muslimin yang sedang terpojok karena gemuruh musuh itu.
BACA JUGA:Kisah Islami, Sahabat Rasulullah SAW Bertemu Dajjal Saat Terdampar di Sebuah Pulau
Kaum muslimin pun kemudian teringat pada Rasulullah SAW tentang jihad mereka. Akhirnya kaum muslimin menyadari kalau kekalahan pertempuran ini akan membawa akibat kehancuran bagi kaum muslim itu sendiri.
Akhirnya kaum muslimin kembali bergabung ke dalam pasukan, dan atas pertolongan Allah, pasukan Rasalullah SAW mampu merangsek sampai ke tengah medan perang.
Peperangan itu pun terasa semakin memanas, hingga membuat kaum Hawazin dan Tsaqif merasa yakin bahwa mereka berada di tengah-tengah kekalahan.
Dengan tidak membuang waktu, kaum Hawazin dan Tsaqif melarikan diri dalam keadaan kalah dengan meninggalkan harta benda yang kemudian menjadi harta rampasan perang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: