Antisipasi Cuaca Ekstrem, Basarnas Bengkulu Siagakan 64 Personel Hingga Tahun Baru
Simulasi latihan gabungan kesiapsiagaan yang dilakukan Basarnas Bengkulu beberapa waktu lalu--Instagram/Basarnas_Bengkulu
RAKYATBENGKULU.COM - Menghadapi kondisi cuaca ekstrem dan ombak tinggi yang melanda wilayah Bengkulu, Badan Nasional Pencarian dan Penyelamatan (Basarnas) Bengkulu menyiagakan lebih dari 64 personel di beberapa titik strategis.
Langkah ini dilakukan untuk memastikan kesiapsiagaan selama periode Natal dan Tahun Baru 2025.
Kepala Basarnas Bengkulu, Muslikun Sodik, menyatakan pihaknya akan berjaga penuh selama 24 jam di berbagai lokasi, seperti Unit Siaga Pulau Enggano, Kantor SAR Bengkulu, serta posko di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Mukomuko.
"Kita selalu siaga 24 jam sehari di unit siaga Pulau Enggano, Kantor SAR Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Selatan, dan Kabupaten Mukomuko. Seluruh pegawai, 64 orang lebih, akan disiagakan," ujarnya dikutip AntaraNews.com.
BACA JUGA:Rincian Dana Desa 2025 Ambon dan Tual Provinsi Maluku: Desa Mana yang Dapat Kucuran Terbesar?
Muslikun mengimbau masyarakat, khususnya para nelayan, untuk sementara menunda aktivitas melaut mengingat kondisi cuaca yang belum stabil.
"Untuk nelayan agar menunda melaut dan bisa melaut kembali jika informasi dari BMKG cuaca di Bengkulu mulai kondusif," tegasnya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga telah mengeluarkan peringatan dini terkait potensi cuaca buruk yang meliputi angin kencang, hujan lebat, serta ombak tinggi.
Kasi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Pulau Baai Bengkulu, Anang Anwar, menjelaskan bahwa angin kencang di wilayah Bengkulu dapat mencapai kecepatan hingga 20 knot per jam.
BACA JUGA:Kepulauan Aru Provinsi Maluku Dapat Rp100,6 Miliar Dana Desa 2025: Simak Detailnya per Desa
BACA JUGA:Ini Rincian Dana Desa untuk Desa-desa di Kabupaten Seram Bagian Barat Khusus Tahun 2025
Kondisi ini disebabkan oleh sejumlah faktor meteorologis, seperti perlambatan kecepatan dan belokan angin, serta kelembapan udara yang tinggi di lapisan atmosfer.
"Untuk fenomena global, tidak ada. Secara regional, karena adanya perlambatan dan belokan angin, serta kelembapan udara yang cukup tinggi sehingga pertumbuhan awan hujan cukup besar," terang Anang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: